EmitenNews.com - Indeks bursa Wall Street kompak ditutup melemah. Itu dipicu koreksi saham teknologi kecerdasan buatan seiring kekhawatiran investor terhadap valuasi emiten sektor tersebut menjadi mahal. Saham Palantir ditutup drop 7,94 persen meski melaporkan kinerja keuangan kuartal III 2025 lebih baik dari ekspektasi. 

Saham Palantir dari awal tahun telah membukukan kenaikan 150 persen year to date (ytd) menjadikan valuasi mencapai 200x foward PE. Valuasi mahal tersebut mengindikasikan investor Palantir, dan emiten berbasis AI lainnya masih mengharapkan pertumbuhan pendapatan, laba bersih signifikan ke depan agar sahamn tetap menarik untuk dibeli. 

Sejalan pelemahan Palantir, beberapa emiten berbasis AI lain sebelumnya sudah mencatat kenaikan signfikan juga kompak ditutup melemah cukup dalam. Yaitu, Oracle minus 3,75 persen, AMD susut 3,70 persen, Nvidia menukik 3,96 persen, dan Amazon longsor 1,84 persen. Koreksi indeks bursa Wall Street diramal menjadi sentimen negatif.

Kondisi itu, diperparah dengan perosotan harga mayoritas komoditas terutama emas meninggalkan level psikologis USD4 ribu per oz diprediksi menjadi sentimen negatif pasar. Sementara itu, aksi beli investor asing berlanjut berpeluang menjadi sentimen positif untuk indeks harga saham gabungan (IHSG).

So, indeks diprediksi bergerak bervariasi cenderung melemah. Sepanjang perdagangan hari ini, Rabu, 5 November 2025, indeks akan bergerak menjelajahi kisaran support 8.180-8.115, dan resistance 8.305-8.365. Berdasar data itu, Retail Research CGS International Sekuritas Indonesia menyarankan investor untuk mengoleksi sejumlah saham berikut.

Yaitu, Medco Energi Internasional (MEDC), Cisarua Mountain Dairy alias Cimory (CMRY), Mitra Adiperkasa (MAPI), AKR Corporindo (AKRA), XLSmart Telecom (EXCL), dan Telekomunikasi Indonesia alias Telkom (TLKM). (*)