EmitenNews.com - Mayoritas indeks Wall Street berakhir melemah pada perdagangan akhir pekan lalu. Koreksi terjadi seiring investor keluar dari saham teknologi, dan beralih ke sektor-sektor bernilai di pasar. Sentimen negatif dipicu kekhawatiran gelembung kecerdasan buatan (AI) setelah laporan Broadcom dan Oracle. 

Sentimen negatif lain kenaikan yield obligasi Treasury Amerika Serikat (AS) menyusul pernyataan pejabat The Fed yang menentang pelonggaran kebijakan moneter. Aksi jual paling tajam terjadi pada saham Broadcom yang anjlok lebih dari 11 persen. 

Tekanan juga dirasakan oleh saham-saham teknologi lain seperti AMD, Palantir Technologies, dan Micron. Pelemahan beruntun saham-saham tersebut menandakan pelemahan minat investor terhadap reli sektor AI beberapa bulan terakhir menjadi pendorong utama penguatan Nasdaq.

Koreksi mayoritas indeks bursa Wall Street, dan beberapa harga komoditas berpotensi menjadi katalis negatif. Sementara net inflow asing cukup besar diperkirakan dapat menjadi katalis positif perdagangan hari ini. Pekan ini, pelaku pasar akan fokus menanti rilis data nonfarm payrolls AS sempat tertunda akibat government shutdown beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, menanti rilis hasil RDG Bank Indonesia, dan data pertumbuhan kredit. So, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak bervariasi cenderung menguat terbatas. Sepanjang perdagangan hari ini, Senin, 15 Desember 2025, indeks akan beredar pada kisaran support 8.570-8.487, dan resistance 8.753-8.834.

Berdasar data itu, Retail Research CGS International Sekuritas Indonesia menyarankan para pelaku pasar untuk menoleksi sejumlah saham andalan berikut. Yaitu, Astra Motor (ASII), Indah Kiat (INKP), Aneka Tambang (ANTM), Japfa Comfeed (JPFA), Indika Energy (INDY), dan Alamtri Resources Minerals (ADMR). (*)