EmitenNews.com - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street mengalami ‘kebakaran’. Investor khawatir atas rencana pembiaran Bank sentral AS terhadap lonjakan inflasi. Kondisi itu, dalam alam sadar para investor, menggiring saham tidak bernilai di masa depan.
Imbal hasil Treasury 10 tahun melonjak 11 basis poin bertengger di atas 1,75 persen. Menyentuh level tertinggi sejak Januari 2020. Sementara suku bunga 30 tahun juga naik 6 basis poin menembus level 2,5 persen untuk kali pertama sejak Agustus 2019.
Lonjakan imbal hasil obligasi terjadi setelah bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed) bersedia membiarkan lonjakan inflasi. Kenaikan dapat berdampak besar pada pertumbuhan saham karena keuntungan masa mendatang kurang prospektif dibanding saat ini.
Kejatuhan Wall Street dipimpin saham teknologi. Nasdaq Composite ambles 3 persen menjadi 13.116,17. Tesla ambrol 7 persen, Apple minus 3,3 persen, Facebook terjungkal 2 persen, Amazon anjlok 3,44 persen, Microsoft terpelanting 2,67 persen, induk Google Alphabet tergerus 2,92 persen, dan Netflix menukik 3,75 persen.
Selanjutnya, Indeks S&P 500 terpangkas 1,5 persen menjadi 3.915,46, jatuh dari rekor tertinggi pada perdagangan sebelumnya. Berikutnya, Dow Jones Industrial Average tersungkur 153,07 poin, (0,5 persen) menjadi 32.862,30.
Sebaliknya, pelaku perbankan semringah. Dengan Suku Bunga tinggi, margin keuntungan akan berlipat. Bank of America meningkat 2,6 persen, JPMorgan melesat 1,7 persen, Wells Fargo meroket 2,4 persen, dan US Bancorp terbang 3,3 persen.
Sementara mayoritas bursa Asia ditutup menguat pada perdagangan Kamis (18/3). Di antaranya ASX 200 defisit 0,73 persen, HSI surplus 1,28 persen, KOSPI naik 0,61 persen, Nikkei tumbuh 1,01 persen, dan SSEC bertambah 0,51 persen. Pelaku pasar merespon positif hasil federal open market committee (FOMC) dari The Fed.
Kepala Bank Sentral AS, Jerome Powell mengungkap Fed Funds Rate tetap dipertahankan pada level 0-0,25 persen. Kebijakan dovish itu, memicu yield U.S treasury 10 tahun menukik ke level 1,64 persen. Powell juga menyampaikan revisi perkiraan produk domestik bruto (PDB) AS tahun 2021-2022 menyusul stimulus Covid-19 senilai USD1,9 triliun, dan program vaksinasi Covid-19 sedang berlangsung.
PDB tahun ini, diperkirakan tumbuh 6,5 persen dibanding proyeksi sebelumnya 4,2 persen. Sedangkan tahun depan, diperkirakan tumbuh 3,3 persen dibanding proyeksi sebelumnya sebesar 3,2 persen. Faktor serupa turut menopang pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,12 persen ke posisi 6.347,83.
Semnetara itu, Equity Research Analyst Victoria Sekuritas Michael Alexander Santoso, memprediksi Indeks sepanjang perdagangan hari ini Jumat (19/3), akan bergerak pada rentang support 6.293, dan resistance 6.395. Rekomendasi saham laik borong antara lain Astra International (ASII) Rp5.900, Pakuwon Jati (PWON) Rp600, dan Tower Bersama Infrastruktur (TBIG) Rp2.250. Sangat layak untuk dilepas yaitu saham Mitra Adiperkasa (MAPI) Rp775, dan AKR Corporindo (AKRA) Rp3.270. (abm)
Related News
Sektor Minerba Berkontribusi Rp2.198 Triliun ke PDB 2023
Bank BJB Sabet Penghargaan Digital Banking Award 2024
Prabowo Setujui Bulog Berubah dari Perum ke Lembaga Non-Korporasi
Astra Melalui YDBA dan Triatra Libatkan UMKM Perkuat Rantai Pasok
Bank BJB Sabet Penghargaan Most Trusted Banking CGPI 2024
BTN Gelar Adu Ide Perumahan Berkelanjutan