EmitenNews.com - Indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street kembali ditutup melemah. Dow Jones minus 240 poin (0,66 persen) menjadi 36,080, S&P 500 tekor 39 poin (0,82 persen) ke level 4,647, Nasdaq terkoreksi 264 poin (1,66 persen) pada posisi 15,623, dan EIDO melemah 0,05 poin (0,21 persen) pada level 23,78. 


Koreksi itu, terjadi seiring saham-saham sektor teknologi mengalami tekanan. Lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun seiring lompatan inflasi Oktober dari ekspektasi, dan bulan sebelumnya menjadi sentimen negatif utama mendorong pelemahan pasar. 


Pada September 2021, inflasi tingkat konsumen naik cukup tinggi yaitu 6,2 persen lebih tinggi dari ekspektasi. Sebelumnya, masing-masing berada pada level 5,9 persen, dan 5,4 persen. Secara bulanan inflasi naik 0,9 persen juga lebih tinggi dari ekspektasi, sebelumnya 0,6 persen, dan 0,4 persen. Angka inflasi itu, tertinggi sejak Desember 1990 atau 30 tahun terakhir. 


Setelah rilis data inflasi Oktober, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun sepekan terakhir cenderung turun, pada perdagangan kemarin naik signifikan 11,6 basis points (bps) ke level 1,565 persen. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor tiga puluh tahun juga naik 9,7 bps menjadi 1,918 persen. Lonjakan yield itu, mendorong investor keluar dari saham sektor teknologi, dan masuk saham sektor perbankan. 


Menurut Mino, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas koreksi Wall Street akan menjadi sentimen negatif pasar. Sementara itu, perosotan beberapa komoditas seperti minyak mentah dan batu bara akan menjadi tambahan sentimen negatif indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks bergerak melemah dengan support level 6.640, dan resistance level 6.720. 


Sejumlah saham laik beli antara lain saham ERAA support Rp630, resisten Rp650, PTPP support Rp1.250, resisten Rp1.290, ISAT support Rp6.950, resisten Rp7.100, dan MAPI support Rp860, resisten Rp880. (*)