EmitenNews.com - Waspadalah, varian Virus Corona N439K di Indonesia sudah terdeteksi sejak November 2020. Kendati begitu, pemerintah belum dapat memastikan jumlah kasus mutasinya di Tanah Air. Mutasi baru virus corona yang disebut berasal dari Inggris ini, masih dalam tahap kajian di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Penyebaran virus baru yang digambarkan lebih pintar ini, tergolong lebih cepat, sehingga saat ini saja sudah ditemukan pada 30 negara.

 

Dalam keterangannya yang dikutip Minggu (14/3/2021), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sejak akhir November tahun lalu, sudah dilaporkan ada N439K ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). "Temuan itu baru pada tahap laboratorium. Masih perlu dikaji lebih lanjut."

 

Dengan temuan itu, Nadia menegaskan, protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak aman adalah kunci terhindar dari penularan virus corona. Kata dia, tetap disiplin protokol kesehatan kunci pencegahan penularan virus yang dikabarkan berasal dari Wuhan, Hubei, China itu.

 

Penting diperhatikan, bahaya yang dibawa varian baru virus corona penyebab coronavirus disease 2019 (Covid-19) itu. Ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo, mengatakan bahwa varian baru virus corona N439K relatif lebih mudah menular dan ada kemungkinan kebal dari antibodi vaksin Covid-19 yang ada saat ini. "Ada kemungkinan N439K ini lolos dari sebagian antibodi pascavaksin, maka pemerintah perlu perkuat kontak telusur yaitu T kedua (tracing) dari 3T.

 

Sebelumnya dalam keterangan tertulis Rabu (10/3/2021), Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih meminta masyarakat mewaspadai adanya mutasi virus corona. Belum lama ini, kata dia, pemerintah mengumumkan varian B117 dan di dunia telah terdapat varian baru lagi yang berkembang dan ditemukan di lnggris, N439K. Begitu cepat perkembangannya, sampai N439K itu sudah ditemukan di 30 negara.

 

"Varian N439K ini juga ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," ujar Daeng M Faqih. Jadi, waspadalah. ***