Visibilitas Arus Kas Tinggi: Kami memperkirakan entitas gabungan untuk menghasilkan pendapatan dan EBITDA yang disesuaikan Fitch masing-masing sekitar Rp10 triliun dan Rp8,2 triliun, pada tahun 2021. Visibilitas arus kas tinggi karena entitas gabungan akan memiliki pendapatan kontrak terkunci sebesar sekitar Rp58 triliun dan rata-rata tertimbang jatuh tempo kontrak sekitar enam tahun. Ini secara signifikan lebih tinggi dari pendapatan terkunci TBI sebesar Rp29 triliun dan rata-rata tertimbang jatuh tempo kontak 5,3 tahun pada akhir Juni 2021.

 

Perpanjangan Kontrak yang Dapat Dikelola: Kami berharap Protelindo dapat mengelola pembaruan kontrak sewa, karena hanya sekitar 8% dari kontraknya yang akan diperpanjang hingga tahun 2022. Pendapatan dan EBITDA Protelindo naik secara organik sebesar 8% di 1H21, didorong oleh pertumbuhan non -penambahan bisnis menara dan persewaan.

 

Pembangkitan Arus Kas Bebas yang Kuat: Kami berharap entitas gabungan akan menghasilkan margin arus kas bebas sekitar 6% -10% karena arus kas yang dihasilkan akan mendanai belanja modal dan pengembalian pemegang saham. Kami memperkirakan belanja modal/pendapatan 2021 akan turun menjadi 28%-30% (2020: 36%) karena pertumbuhan menara dan sewa yang lebih lambat karena Protelindo mengintegrasikan portofolio menara STP. Capex pada jaringan fiber akan tetap tinggi karena perusahaan bertujuan untuk memperluas layanan konektivitas fiber secara agresif.

 

Diversifikasi yang Lebih Luas: Kami percaya diversifikasi pendapatan akan terus meningkat karena bisnis non-menara seperti terminal aperture yang sangat kecil, serat optik nirkabel metropolitan, dan seratisasi menara akan berkembang sebesar 15%-20% pada tahun 2021-2022 dan berkontribusi sekitar 20% (2020: 15%) dari pendapatan 2021. Fiberisasi menara memiliki profil risiko bisnis yang serupa dengan segmen menara karena kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan (10-14 tahun) dan kemungkinan beberapa penyewa. Namun, margin EBITDA 70%-75% lebih rendah dari bisnis menara yang di atas 80%.

 

Keterbatasan Data, Peringkat Standalone: ??Kami menilai Protelindo secara mandiri karena hubungan hukum dan operasional yang lemah dengan 52% induk utamanya, PT Sapta Adhikari Investama (SAI), berdasarkan pendekatan induk-anak perusahaan yang lemah di bawah Hubungan Induk dan Anak Perusahaan Fitch Kriteria. Kami tidak memiliki informasi keuangan terperinci tentang SAI karena ini adalah perusahaan swasta.

 

Namun, manajemen Protelindo telah memberitahu kami bahwa tidak ada operasi atau utang di SAI. Kami percaya bahwa akses SAI ke kas Protelindo terbatas pada kebijakan pengembalian pemegang saham karena 46% dari induk langsung Protelindo, PT Sarana Menara Nusantara Tbk, dipegang oleh pemegang saham publik. Setiap transaksi pihak berelasi dengan induk memerlukan persetujuan dari pemegang saham dan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia.