EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (14/3) dibuka variatif (mixed) setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu ditutup turun dengan ketiga indeks semuanya kembali mencatatkan penurunan secara mingguan.
Indeks saham DJIA terpangkas 2% minggu lalu sehingga memperpanjang perununan menjadi lima minggu beruntun. Sementara indeks saham S&P 500 dan NASDAQ masing-masing anjlok 2.9% dan 3.5%.
Kedua indeks tersebut mencatatkan penurunan mingguan terparah sejak tanggal 21 Januari.
"Risiko geopilitik dan kekhawatiran mengenai inflasi memberi tekanan yang besar pada harga saham," ulas analis Phillip Sekuritas Dustin Dana Pramitha.
Perang antara Rusia dan Ukraina terus mengalami eskalasi setelah militer Rusia membombardir sejumlah kota besar di seluruh wilayah Ukraina sehingga menewaskan warga sipil yang tidak berhasil mengungsi.
Presiden AS Joe Biden membekukan hubungan dagang normal dengan Rusia sebagai bagian dari sanksi yang di rancang untuk mengisolasi Rusia secara ekonomi karena telah menginvasi Ukrania.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun stabil di 2% karena perang Rusia dan Ukraina telah menekan risk appetite (keinginan investor berinvestasi pada aset berisiko tinggi). "Sehingga investor lebih memilih berinvestasi pada aset yang di anggap aman (safe haven) seperti surat utang Pemerintah AS," jelas Dustin
Menurutnya minggu ini fokus perhatian investor akan tertuju pada bank sentral untuk mencari petunjuk mengenai arah suku bunga, tingkat inflasi serta kondisi ekonomi secara keseluruhan di tengah tingkat ketidakpastian yang tinggi akibat dari peningkatan ketegangan geopolitik.
Pada hari Selasa bank sentral Tiongkok (PBOC) akan mengumumkan suku Medium-Term Lending Facility (MTLF) bertenor 1 tahun dan 5 tahun. Pada hari Rabu, bank sentral AS (Federal Reserve) akan mengumunkan keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan Federal Fund Rate (FFR) yang sudah di tunggu lama oleh banyak pihak.
Keputusan suku bunga acuan akan diumumkan oleh bank sentral Inggris (Bank of England) dan Bank Indonesia pada hari Kamis. Minggu ini akan di tutup oleh pengumuman keputusan suku bunga acuan oleh Bank of Japan (BOJ) pada hari Jumat.
Di pasar komoditas, meskipun ditutup naik pada hari Jumat lalu harga minyak mentah mencatatkan penurunan mingguan terbesar sejak bulan November 2021, tertekan oleh potensi perbaikan pada aliran pasokan minyak dunia yang telah terganggu oleh invasi Rusia ke Ukraina. Beredar kabar adanya sejumlah pembicaraan mengenai potensi pasokan tambahan minyak dari Iran, Venezuela dan Uni Emirat Arab.
APIC
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 1145
Target Price 1 : 1175
Target Price 2 : 1190
Stop Loss : 1115
CSRA
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 720
Target Price 1 : 770
Target Price 2 : 805
Stop Loss : 670
PCAR
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 178
Target Price 1 : 193
Target Price 2 : 202
Stop Loss : 165.(fj)
Related News

Iwan Sunito, CII Group, dan One Global Capital

Lifting Jauh di Bawah Konsumsi Minyak, Pembangunan PLTN Dipercepat

IHSG Ditutup Naik 0,60 Persen, Cek Saham Pendorong!

Ditetapkan, Ini Dia Lima Pemenang Lelang WK Migas Tahap II 2024

Pasar Lesu, Reksa Dana Sameday Redeem Jadi Incaran Investor!

IHSG Naik Tipis di Sesi I, MDKA, ISAT, ICBP Top Gainers LQ45