EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak terbatas, dan cenderung menguat. Mengawali perdagangan tahun ini, sentimen positif datang dari data PMI Indonesai mengalami perbaikan berada di level 50.9.
Selain itu, para pelaku pasar masih akan menunggu rilis inflasi Indonesia yang diperkirakan masih di atas 5 persen. ”Kami perkirakan Indeks bergerak pada rentang support 6.820, dan resisten 6.900,” tutur Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas Indonesia, Senin (2/1).
Secara teknikal, Indeks setelah berhasil breakout, dan mencoba untuk menunjukkan uptrend kembali tertahan di resistance 6.960. Beberapa saham memiliki potensi naik perdagangan hari ini antara lain TOWR, ADRO, MIKA, KLBF, ARTO, MTDL, ERAA, dan BBRI.
Menyudahi perdagangan akhir tahun lalu, Indeks minus 0,14 persen menjadi 6.850. Beberapa sektor mengalami koreksi antara lain teknologi 0,89 persen, konsumer non-cyclicals 0,89 persen, dan basic minerals 0,64 persen. Investor asing membukukan net sell pasar regular Rp589 milliar. Saham paling banyak dijual investor asing di antaranya BBRI, ASII, dan TLKM.
Sementara itu, bursa Amerika Serikat (AS) ditutup melemah. Sepanjang 2022, indeks acuan S&P tekor 19,4 persen, Nasdaq melemah 33,1 persen, dan Dow Jones melemah 8,9 persen. Pelehaman bursa AS didorong kenaikan suku bunga untuk menekan inflasi, geopolitik juga menekan emiten technology membuat indeks Nasdaq terkoreksi cukup dalam. Trend kenaikan suku bunga akan berlanjut pada 2023.
Di mana, The Fed masih menunjukkan isyarat hawkish pada pertemuan terakhir. Pagi ini, bursa Asia Indeks Nikkei 225 Japan tengah melakoni libur nasional. Pagi ini, Korea Selatan merilis PMI dikeluarkan S&P Global kembali melemah menjadi 48.2. (*)
Related News

Cenderung Koreksi, IHSG Uji Level 8.020

Market Konsolidatif, Borong Saham BBRI, PANI, dan ISAT

2 Katalis Ini Wajib Dimiliki Jika Indonesia Ingin Jadi Hub Aset Kripto

Bakal Hasilkan BBM Setara Euro 5, RDMP Balikpapan Siap Uji Operasi

IHSG Ditutup Rebound ke 8.071, Disokong Saham Konsumer & Teknologi

Ada GP Indonesia, Kebutuhan Avtur Diprediksi Meningkat 54 Persen