Bank BUMN Ini Kecipratan Berkah Besar dari Kebijakan BI
Ilustrasi: Uang tunai.
EmitenNews.com - Emiten perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang mendapat angin segar. Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi katalis utama.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis point (bps) menjadi 5,75%. Langkah diharapkan dapat menurunkan imbal hasil Sekuritas Rupiah Bank Indonesia ke depan.
Bagi perbankan, langkah ini menjadi sentimen positif. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) salah satu yang mendapatkan manfaat dari penurunan bunga acuan Bank Indonesia tersebut.
Analis Phintraco Sekuritas Nurwachidah dalam risetnya yang berjudul Moderasi Term Deposits (TD) Rate berpotensi jadi katalis BBNI sepanjang 2025, menyebutkan, peningkatan sumber dana murah atau Current Account Saving Account berpotensi mengoptimalkan kinerja BBNI tahun ini.
"TD rate BBNI terus mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan suku bunga acuan dari 3,32% pada 2022, 4,65% tahun 2023, dan 4,82% pada 2024, sehingga kami menilai dengan penurunan BI rate, TD rate BBNI juga dapat termoderasi +-1% pada 2025," tulis analis tersebut dalam risetnya usai BBNI menyampaikan Laporan Keuangan 2024.
Dalam riset Phintraco, wondr by BNI berpotensi mengoptimalkan pertumbuhan CASA BBNI. Analis tersebut memproyeksikan laba bersih BBNI dapat tumbuh 12,6% sepanjang 2025 dan mempertahankan rating BUY untuk BBNI dengan perkiraan nilai wajar yang lebih rendah yaitu sebesar 6.150 dengan potential upside 28,34%.
Kualitas Kredit Tetap Terjaga
Pada 2024, kualitas kredit BBNI tetap terjaga sehat di tengah fluktuasi makro ekonomi. Non Perfoming Loan (NPL) gross BBNI turun 10 bps YoY menjadi 2,0% pada 2024 dengan, kredit tumbuh 11,6% YoY dari 7,6% YoY periode yang sama tahun sebelumnya.
Loan at Risk (LaR) juga mengalami penurunan dari 12,9% pada 2023 menjadi 10,2% sepanjang 2024. Perbaikan kualitas aset ini berpotensi berlanjut pada 2025. Namun, dari sisi likuiditas, BBNI masih mengalami tekanan dengan LDR meningkat menjadi 96,1% dari 85,8% YoY.
Sementara itu, Net Interest Income (NII) pada Kuartal IV-2024 tumbuh 6,5% secara kuartalan (QoQ) dan -1,9% YoY. Kenaikan beban bunga yang lebih tinggi dari pendapatan bunga menekan margin bunga BBNI akibat tingginya suku bunga di tahun 2024. Namun, BBNI berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp21.7 triliun (+2.7% YoY).
BBNI juga telah meningkatkan biaya provisi sebagai antisipasi kredit Sritex. Biaya provisi meningkat 50.3% QoQ menjadi Rp5,1 triliun di kuartal IV-2024. "Manajemen BBNI juga mampu mengedepankan prinsip kehati-htian dengan meningkatkan biaya provisi sebagai antisipasi kredit Sritex," tulis riset tersebut.
Related News
Bos NANO Lego Habis 16,2 Juta Saham di Papan FCA, Ini Tujuannya
Emiten Otomotif Milik TP Rachmat Kembangkan Baterai Panel Surya
Tuntaskan Proyek Pelabuhan Benoa, PTPP Jalankan Sejumlah Inovasi
Bundamedik (BMHS) Caplok 99,99% Saham MSB Milik Morula, Ini Tujuannya
Transaksi Senyap! Broker Boy Thohir (TRIM) Borong 40 Juta Saham IMAS
Afiliasi ERAA Kantongi Fasilitas Kredit Rp365 M, Telisik Detailnya