EmitenNews - Hasil Kajian Bappenas, industri makanan dan minuman merupakan industri yang paling siap untuk menerapkan circular ekonomy. Dampak ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan penurunan emisi CO2 pada Industri makanan dan minuman paling besar dibandingkan industri lainnya ada dalam 3 hal.


"Pertama, dampak ekonomi Rp375 triliun, dengan pengurangan supply chain loss. Kedua, penciptaan lapangan kerja sebanyak 2,4 juta. Dan ketiga, penurunan emisi CO2 didukung aspek pengurangan post-harvest food loss," demikian disampaikan Tim Komunikasi Publik Kementerian PPN/Bappenas.


Minyak kelapa sawit, selain dimanfaatkan dalam industri pangan dengan produk intermediate seperti RBD palm oil, PFAD, RBDP olein, RBDP stearin dan PMF juga dimanfaatkan dalam industri non pangan dengan produk intermediate seperti fatty acids, fatty alcohol, fatty amides, fatty amines dan gliserol.


Indonesia merupakan pemain terbesar di dunia untuk beberapa produk oleochemical dunia seperti fatty acids yang memiliki kapasitas produksi sebesar 1,4 juta ton per tahun dengan pangsa pasar sebesar 31%. Sementara itu, fatty alcohol memiliki kapasitas produksi 800 ribu ton per tahun dengan pangsa pasar 28%.


Pengguna hilir dari produk oleochemical adalah produk-produk sektor makanan, personal cares, dan produk rumah tangga. Dengan demikian faktor penentu pertumbuhan oleochemical adalah pertumbuhan konsumsi individu dan konsumsi rumah tangga.


Karakteristik dari produk-produk yang bergantung pada konsumsi rumah tangga adalah tingkat konsumsi yang relatif stabil—tidak akan mengalami lonjakan yang tinggi ataupun penurunan yang drastis.


Namun dengan proyeksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat, produksi oleochemical menurut Bappenas dapat diarahkan untuk meningkatkan utilisasi dan menunda perluasan produksi untuk menghindari overcapacity.


Sementara itu, pengembangan biodiesel Indonesia telah berjalan dengan cukup baik. Industri refinery kelapa sawit memiliki insentif untuk meningkatkan kapasitas produksi seiring dengan program pemerintah untuk menggunakan bio diesel.


Indonesia menerapkan B30 di tahun 2020 dan saat ini persiapannya berada dalam fase pengujian. Peran pemerintah dibutuhkan untuk menginisiasi kolaborasi antara industri kelapa sawit-BUMN-akademisi dan industri otomotif untuk mencari model terbaik secara teknologi yang memiliki skala ekonomi yang cukup dan efisien untuk mencapai kandungan B-100.(*)