EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,36 persen menjadi 8.169. Indeks sempat menyentuh level intraday tertinggi baru di level 8.217. World Bank menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 menjadi 4,8 persen YoY dari proyeksi sebelumnya 4,7 persen YoY.

Untuk tahun 2026, World Bank memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 4,8 persen YoY, sama seperti prediksi sebelumnya. Data cadangan devisa Indonesia September 2025 turun menjadi USD148,7 miliar dari periode Agustus 2025 di posisi USD150,7 miliar. Itu merupakan level terendah sejak Juli 2024.

Dilusi cadangan devisa tersebut tersebab adanya pembayaran utang oleh pemerintah, dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Namun, cadangan devisa saat ini masih mampu membiayai 6,2 bulan impor atau 6 bulan impor, dan pembayaran utang, di atas standar internasional sebesar 3 bulan impor.

Investor akan menanti data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September 2025 diperkirakan naik pada level 120 dari episode Agustus 2025 di kisaran 117.2. Selain itu, akan ada rilis data penjualan sepeda motor pasar domestik untuk episode September 2025. 

Secara teknikal, indikator Stochastic RSI bergerak di pivot area, dan terjadi penyempitan negative slope MACD dengan potensi membentuk golden cross, merupakan sinyal awal bullish momentum. So, indeks berpotensi melanjutkan penguatan menguji untuk level tertinggi 8.217. 

Kalau indeks mampu bertahan di atas level 8.200-8.217 dengan didukung volume, maka sinyal bullish akan makin kuat. Menilik data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan investor untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Indofood Sukses (INDF), Adi Sarana (ASSA), Merdeka Gold (MDKA), Centul (BKSL), dan Pakuwon (PWON). (*)