BI Diprediksi Pangkas Suku Bunga Acuan pada RDG Oktober, Ini Alasannya
Gambar gedung Bank Indonesia
EmitenNews.com - Bank Indonesia diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Oktober 2024. Saat ini, suku bunga BI sudah tergolong restriktif, dengan selisih signifikan antara BI rate, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK), dan inflasi inti.
"Kami mempertahankan proyeksi inflasi sebesar 2,0% untuk tahun ini, mengingat stabilnya tren harga pangan belakangan ini," ujar Karinska Salsabila Priyatno, Head of Fixed Income Research di PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam keterangannya, Rabu (2/10/2024).
Karinska, yang akrab disapa Bella, menyatakan bahwa Bank Indonesia akan lebih fokus pada volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. "Besaran pemangkasan suku bunga acuan selanjutnya akan bergantung pada stabilitas rupiah ke depan," tambah Bella.
Pada September 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi terdalam dalam lima tahun terakhir, yaitu 0,1% (MoM), dibandingkan dengan 0,03% (MoM) pada Agustus. Bella menambahkan bahwa capaian ini melanjutkan tren penurunan harga yang konsisten sejak Mei hingga September 2024.
Secara tahunan, inflasi IHK pada September tercatat sebesar 1,8% (YoY), turun dari 2,1% (YoY) pada Agustus. "Ini jauh di bawah ekspektasi dan merupakan level terendah dalam hampir tiga tahun," ungkap Bella.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau tetap menjadi kontributor utama stabilitas inflasi dalam beberapa bulan terakhir, dengan penurunan harga selama enam bulan berturut-turut. Komponen harga bergejolak dari IHK terus moderat, mencapai 1,4% (YoY) pada September, turun dari 3,0% (YoY) pada Agustus, dan merupakan level terendah dalam 14 bulan. Sebelumnya, komponen ini mencapai puncaknya pada 10,3% (YoY) pada Maret.
Sementara itu, inflasi inti terus meningkat dan untuk pertama kalinya sejak Juli 2021, melampaui inflasi IHK, dipicu oleh kenaikan harga emas. Selain itu, harga BBM non-subsidi yang disesuaikan pada September 2024 juga berkontribusi pada periode deflasi. Setelah sebelumnya mendorong inflasi, bensin dan solar mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,7%, dengan bensin menyumbang 0,04% terhadap deflasi keseluruhan.
"Ini merupakan deflasi harga BBM paling signifikan sejak Desember 2023, menegaskan penurunan yang meluas di berbagai sektor kunci," tutup Bella.
Advertorial
Related News
TBS Energi Utama (TOBA) akan Lepas Saham Anak Usaha, Tunggu RUPS
Industri Perfilman RI Cerah, Saham VERN Alami Oversubscribe 63,22 Kali
Putusan OJK, Saham Master Print (PTMR) Kini Berefek Syariah
Layanan Wealth Management BRI (BBRI) Dapat Pengakuan Kelas Dunia
Elnusa (ELSA) Raih Penghargaan Berkat Kebangkitan Sumur PHM
TBS Energi (TOBA) Minta Restu Buyback Saham Rp474,5M