EmitenNews.com - Pekan lalu, indeks bursa Wall Street ditutup melemah. Itu menyusul kekhawatiran peningkatan kembali eskalasi perang dagang. Kecemasan tarif melonjak setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberlakukan tarif 35 persen impor dari Kanada.

Selain itu, Trump juga berencana akan memberlakukan tarif sebesar 15 persen hingga 20 persen pada negara-negara lain, lebih tinggi dari tarif standar sebesar 10 persen saat ini. Sabtu, 12 Juli 2025, Trump mengumumkan akan memberlakukan tarif impor 30 persen terhadap Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus 2025.

Itu karena gagal mencapai kesepakatan dagang komprehensif dengan AS. Pekan ini, fokus perhatian investor masih akan tertuju pada perkembangan tarif AS, dampak prang tarif terhadap prospek ekonomi, dan pasar. Paman Trump diperkirakan berlanjut mengirimkan surat penetapan tarif impor kepada negara-negara lain. 

Investor juga menantikan earning season kuartal II-2025 di Wall Street. Data ekonomi akan rilis di antaranya data inflasi AS dan Inggris, data industrial production dari Euro Area, serta data pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Sementara investor domestik, menanti hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia, pada Rabu, 16 Juli 2025, diperkirakan berpotensi menurunkan BI Rate 25 bps menjadi 5,25 persen. Secara teknikal, indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan penguatan dengan didukung indikator MACD, dan Bollinger Bands. 

Sehingga indeks diperkirakan pekan ini melanjutkan tradisi apresiatif. Itu dengan catatan indeks mampu breakout MA200 di level 7.085. Kalau skenario itu tidak meleset, indeks berpeluang menguji resistance di level 7.100-7.150. 

Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Adi Sarana (ASSA), Bank Jago (ARTO), Indah Kiat (INKP), Bukit Asam (PTBA), Bank Neo (BBYB), dan Elnusa (ELSA). (*)