BPS Ungkap Kelas Menengah Juga Perlu Penguatan Daya Beli
Ilustrasi keramaian pengunjung di sebuah mal. dok. SINDOnews.
EmitenNews.com - Ini PR buat pemerintahan mendatang. Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka perlu lebih memberdayakan kelas menengah. Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan program penguatan daya beli seharusnya tidak hanya terhadap kelompok miskin. Program serupa sebaiknya juga diarahkan untuk memperkuat daya beli kelas menengah dan calon kelas menengah (AMC).
"Kita sama-sama pahami bahwa penguatan daya beli ini diperlukan tidak hanya untuk kelompok miskin, tapi juga kelas menengah dan menuju kelas menengah juga penting," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat, (30/8/2024).
Jika kelas menengah dan calon kelas menengah kuat, daya beli masyarakat secara keseluruhan juga akan menjadi kuat. Pasalnya, BPS mencatat, dua kelompok ini merupakan mayoritas dari populasi di Indonesia. Jumlah kelas menengah dan calon kelas menengah mencapai 66,35% dari total populasi RI.
"Kenapa kelas menengah dan menuju kelas menengah ini penting menjadi perhatian kita semua, karena jumlahnya kira-kira 66,35% dari jumlah total penduduk," ujarnya.
Di luar dari segi jumlah, kelompok kelas menengah dan calon kelas menengah juga menjadi kontributor terbesar dari konsumsi rumah tangga Indonesia.
Konsumsi rumah tangga masih menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi RI selama beberapa tahun ini. Kontribusi konsumsi rumah tangga mencakup lebih dari setengah PDB Indonesia. Nilai konsumsi pengeluaran kelompok ini, menurut BPS, mencakup 81,49% dari total konsumsi masyarakat.
Dengan begitu, kebijakan penguatan daya beli kelas menengah dapat menjadi pelengkap dari kebijakan pengentasan kemiskinan pemerintah. Sejauh ini, dalam penilaian Amalia Adininggar Widyasanti, kebijakan pengentasan kemiskinan selama ini sudah berjalan baik.
"Kebijakan pengentasan kemiskinan ekstrem sudah sangat baik, dan kita memiliki tingkat kemiskinan ekstrem di bawah 0,83%," kata Amalia.
Sebelumnya, kondisi kelas menengah di Indonesia sedang menjadi sorotan publik. Banyak kelas menengah diduga turun 'kasta' ke level ekonomi di bawahnya. Banyaknya PHK sejak pandemi Covid-19 menjadi penyebab utama kelas menengah RI hampir jatuh miskin.
BPS mencatat jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 47,85 juta jiwa pada 2024 atau setara dengan 17,13% proporsi masyarakat di Tanah Air. Namun jumlah tersebut turun sebesar 9,48 juta jiwa selama periode 2019-2024, dari sebelumnya 57,33 juta jiwa.
Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan kelas menengah di Indonesia didominasi oleh kalangan penduduk usia produktif seperti Gen X 24,77%, Milenial 24,60%, Gen Z 24,12% dan Gen Alpha 12,77%. Sisanya golongan boomers 12,62% dan pre-boomers 1,12%. ***
Related News
Potensi Aset Rp990 Triliun, Asbanda Siap Dukung Pembiayaan PSN
Ajak Investor Inggris Investasi di EBT, Menteri Rosan Buka Peluangnya
PKPU Pan Brothers (PBRX) Soal Utang Rp6,25T Diperpanjang 14 Hari
Maya Watono Kini Pimpin InJourney, Ini Profilnya
Pascapemilu, Investor Global Kembali Pindahkan Portofolionya ke AS
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram