EmitenNews.com - Sebagai penyalur KPR dan pembiayaan rumah subsidi terbesar di Indonesia, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) berkomitmen memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan mengurangi backlog perumahan. Perseroan telah mengusulkan skema subsidi baru kepada pemerintah sebagai upaya terobosan untuk merealisasikan pemenuhan kebutuhan rumah nasional.

Kedua skema subsidi baru tersebut yakni Skema Tiering Suku Bunga/Margin dan Skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Dana Abadi. Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan, dalam skema pertama, suku bunga akan dikelompokkan berdasarkan desil (pemeringkatan kesejahteraan) pendapatan MBR. Suku bunga dalam skema ini akan disertai dengan durasi subsidi yang lebih pendek dibandingkan masa tenor.

Sedangkan dalam skema kedua, pemerintah memerlukan skema pembiayaan baru untuk penurunan backlog perumahan dengan cepat. Nixon mengungkapkan, skema ini akan mengurangi ketergantungan pada anggaran pemerintah.

"Saat ini kami masih mendiskusikan rincian kedua skema tersebut dengan para pemangku kepentingan. Sebagai bank yang focus memenuhi kebutuhan perumahan nasional dengan KPR dan pembiayaan, BTN optimistis dengan kapabilitas kami untuk mendukung program pemerintah yang akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat banyak," tutur Nixon saat Public Expose Live 2024 secara daring di Jakarta, Selasa (27/8).

BTN berhasil membukukan pertumbuhan kredit sebesar 14,4% year-on-year (yoy) menjadi sebesar Rp352,06 triliun hingga Juni 2024, ditopang oleh penyaluran kredit perumahan dan kredit bermargin tinggi (high yield loan). Pencapaian tersebut menunjukkan komitmen BTN dalam mengoptimalkan fungsi intermediasi di tengah tantangan tingginya biaya dana dan ketidakpastian global.

Pertumbuhan kredit BTN diimbangi dengan kemampuan perseroan menghimpun dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp365,3 triliun per Juni 2024, atau tumbuh sebesar 16,6% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lebih dari separuh DPK BTN merupakan dana murah (Current Account Savings Account/CASA) berupa tabungan dan giro.

"Pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN tercatat berada di atas level industri, dengan didominasi oleh penyaluran KPR dan pembiayaan skema subsidi. Perseroan juga terus membukukan pertumbuhan DPK yang pesat memasuki paruh kedua tahun ini, dengan peningkatan yang konsisten di sisi simpanan ritel," ujar Nixon.

Di segmen high yield, BTN menyalurkan kredit sebesar Rp15,4 triliun pada Juni 2024 untuk tiga jenis produk, yakni Kredit Agunan Rumah (KAR), Kredit Ringan (KRING), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Nixon menjelaskan, perseroan membidik penyaluran kredit bermargin tinggi di KAR melalui berbagai kanal, di antaranya yakni tele sales, serta upselling dan crossseling produk untuk nasabah KPR existing yang memiliki track record positif.

"Kami juga menyalurkan KRING dengan mengoptimalisasi kerja sama dengan sejumlah institusi melalui payroll-based loans atau cicilan yang dapat dipotong dari gaji. Sedangkan penyaluran KUR difokuskan pada ekosistem perumahan BTN," ujar Nixon.

BTN juga mencatat permintaan KPR non subsidi tetap kuat seiring dengan kemitraan strategis dengan lebih banyak pengembang perumahan papan atas. Nixon menuturkan, perseroan telah mempertajam strategi penyaluran kredit non subsidi melalui Sales Center sejak Juni tahun lalu, yang hingga kini mencapai 6 unit di seluruh Indonesia dan akan mencapai 12 unit pada 2025. Kontribusi Sales Center terhadap total penyaluran KPR non subsidi BTN dengan ticket size di atas Rp750 juta telah mencapai lebih dari 50% pada kuartal II-2024, meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 42,5%.

Pencapaian penyaluran kredit BTN hingga Juni 2024 turut ditopang oleh kualitas kredit yang terus membaik. BTN mencatat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross sebesar 3,1% per Juni 2024, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,7%. Perseroan optimistis level NPL gross dapat menurun hingga di bawah 3% pada akhir tahun ini sesuai yang ditargetkan sebelumnya.