EmitenNews.com - Bintang terang menaungi Letjen Dudung Abdurahman. Pengamat politik dan militer Selamat Ginting melihat peluang Pangkostrad itu, lumayan besar untuk menjadi Panglima TNI. Lulusan Akmil 1988 tersebut menjadi kandidat kuat pengganti Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Ginting menduga kuat Presiden Joko Widodo tidak akan memilih KSAD Jenderal Andika Perkasa, atau KSAL Laksamana Yudo Margono untuk memimpin militer pasca-Hadi Tjahjanto.


Dugaan kuat itu muncul berdasarkan fakta, sejauh ini Presiden Jokowi belum juga mengirim surat presiden (surpres) pergantian Panglima TNI ke pimpinan DPR, berkaitan dengan bakal habisnya masa jabatan Marsekal Hadi. Mantan KSAU itu, akan berusia 58 tahun pada 8 November 2021. Lalu, alumnus Akademi Angkatan Udara (AAU) 1986 itu, akan pensiun pada 1 Desember 2021.


Artinya, waktunya kian mepet bagi DPR untuk melaksanakan uji kepatutan dan kelayakan calon Panglima TNI berikutnya. Pasalnya, DPR sedang reses hingga akhir Oktober 2021. Kepada EmitenNews.com, Jumat (8/10/2021), Ginting mengemukakan, sepertinya Jokowi terus mengulur waktu. Dengan begitu, proses pergantian Panglima TNI sepertinya baru terjadi pada November 2021, saat Hadi pensiun, atau dengan kata lain sengaja menghabiskan masa pengabdian Hadi.


Jika itu yang terjadi, menurut Ginting, Jokowi belum juga menunjukkan gelagat siapa pengganti Hadi. Hal itu mengindikasikan mantan Gubernur DKI Jakarta itu, tidak ingin ada kandidat tertentu menjadi Panglima TNI, setelah melihat kerasnya persaingan yang muncul dari Jenderal Andika, dan Laksamana Yudo dalam upaya menuju kursi Panglima TNI.


Belakangan ini, menurut Ginting, Andika kerap mempromosikan diri, dengan membuat kebijakan yang mendapat sorotan luas media massa. Nyaris tidak beda dengan saingannya, Yudo juga terus muncul dalam pemberitaan, antara lain karena menghadiri berbagai acara terkait serbuan Covid-19.


Ginting mengingatkan, sah-sah saja seseorang mengkampanyekan, atau mematut-matut diri, agar mendapat liputan luas. Tapi, dosen Universitas Nasional Jakarta ini, mengingatkan, bagaimana pun pemilihan Panglima TNI adalah subjektivitas presiden. Artinya, terserah Presiden Jokowi untuk memilih, sesuai hak prerogatif yang dimilikinya.


Sampai di sini Ginting menyoroti masa dinas Andika yang tinggal setahun. Jika anak menantu mantan Kepala BIN Jenderal Purn. AM. Hendropriyono ini, dipilih menjadi Panglima TNI pada November mendatang, masa dinasnya akan cukup singkat. Sejarah menunjukkan, sangat jarang Panglima TNI terpilih memiliki sisa masa dinas sebentar. Karena, tidak akan efektif membuat, dan menjalankan kebijakan.


Sedangkan, Yudo, menurut Ginting, juga belum tentu terpilih melihat dinamika terkini. Dengan tidak memilih Andika, dan Yudo, akan cukup meredam rivalitas keduanya yang dalam bahasa kandidat Doktor ilmu politik ini, sudah berlangsung keras saat ini. Cukup bijaksana, jika tidak memilih keduanya, dengan berbagai kalkulasi politik setelah mencermati situasinya.


Kemudian Selamat Ginting menyajikan skenario, bisa saja Andika ditarik ke kabinet atau mendapat posisi setingkat menteri. Dengan begitu, kursi KSAD kosong, dan akan diduduki Panglima Kostrad Letjen Dudung Abdurachman. Pria kelahiran 19 November 1965 ini, dinilai paling mungkin dipromosi menjadi pengganti Andika, lalu segera menjadi Panglima TNI menggantikan Hadi Tjahjanto.


"Jadi, pengganti Andika sebagai KSAD, juga bisa langsung menjadi Panglima TNI, karena sudah bintang empat (saat menjadi KSAD). Jadi Dudung yang cukup kuat namanya dilantik menjadi KSAD, maka dia juga bisa menjadi Panglima TNI," ujar Selamat Ginting yang malang melintang sebagai wartawan senior di sejumlah media.


Skenario seperti itu, kata Ginting, sangat mungkin terjadi. Apalagi, syarat menjadi Panglima TNI adalah pernah menjabat kepala staf, sehingga, peluang Dudung menjadi Panglima TNI sangat besar. Bintang terang sedang menaungi mantan Panglima Kodam Jaya itu. ***