EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin melorot 1,84 persen menjadi 6.977. Pelemahan IHSG dipimpin saham-saham sektor basic materials 3,63 persen, dan healthcare 2,63 persen. Asing membukukan net sell sebesar Rp751,56 miliar di pasar reguler.

Sejumlah saham paling banyak dijual investor mancanegara seperti BBRI, BBCA, BMRI, ASII, dan ADRO. Koreksi IHSG didorong potensi laju pemangkasan suku bunga The Fed dengan jalan melambat. Pada economic projection December 2024, target suku bunga sepanjang 2025 naik menjadi 4 persen dari proyeksi The Fed edisi September 2024 sebesar 3,5 persen.

Kondisi itu, mengindikasikan hanya terdapat pemangkasan sebesar 50 bps untuk tahun 2025. Sementara, pemberlakuan PPN menjadi 12 persen turut meningkatkan kekhawatiran pada penurunan daya beli masyarakat. 

Secara teknikal, IHSG breakdown dari level support area 7.050 diikuti volume jual tinggi. Sementara indicator stochastic, dan MACD masih bergerak di area death cross. Situasi dan kondisi tersebut masih menunjukkan potensi pelemahan. 

Oleh Karena itu, Reliance Sekuritas memproyeksi pergerakan IHSG sepanjang perdagangan Jumat, 20 Desember 2024 akan bergerak mixed dengan kecenderungan melemah. IHSG akan menjelajahi support level 7.050, dan resistance level 7.170.

Itu didorong pelemahan rupiah yang menyentuh level Rp16.300 per dolar Amerika Serikat (USD). Dengan demikian, sejumlah saham memiliki potensi naik beberapa hari mendatang yaitu Barito Energy (BREN), Alamtri (ADRO), Pertamina Geothermal Energy (PGEO), dan Sariguna (CLEO). 

Pagi ini, bursa Asia mayoritas diperdagangkan mixed.  Indeks Nikkei 225 menguat 0,03 persen, dan indeks Kospi susut 0,90 persen. Jepang mencatat inflasi sebesar 2,9 persen yoy pada November 2024. 

Sementara itu, mayoritas indeks utama Amerika Serikat (AS) ditutup mixed. Dow Jones menguat tipis 0,04 persen. Pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III 2024 tumbuh 3,1 persen qoq atau tumbuh di atas perkiraan konsensus 2,8 persen qoq.

Sedang data initial jobless claims turun menjadi 220 ribu dibanding periode sebelumnya 242 ribu, mengindikasikan ekonomi AS masih kuat. (*)