EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (9/5) dibuka melemah.
Pelemahan indek saham Asia tak lepas dari indeks saham utama di Wall Street yang akhir pekan lalu ditutup turun.
Minggu lalu indeks saham DJIA secara keseluruhan menciut 0.24% sehingga memperpanjang trend penurunan menjadi 6 minggu beruntun. S&P 500 dan NASDAQ masing-masing juga terpangkas 0.21% dan 1.54% dan memperpanjang penurunan menjadi 5 minggu beruntun.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun naik 6 bps menjadi 3.12% setelah sempat menyentuh 3.15%, tertinggi sejak 2018. Yield US Treasury Note bertenor 10 tahun sudah mengalami kenaikan selama 5 minggu beruntun dengan total kenaikan hampir 75 bps.
Menurut analis Phillip Sekuritas Dustin Dana Pramitha, aksi jual di pasar saham dan pasar obligasi dipicu oleh kekhawatiran mengenai kemampuan bank sentral AS (Federal Reserve) dalam menjinakkan inflasi dan pada saat yang sama mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang solid.
"Investor merasa cemas bahwa Federal Reserve akan perlu bertindak lebih agresif dari yang diduga sebelumnya dalam menaikkan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi," kata Dustin.
Kecuali lonjakan inflasi dapat segera mereda (data inflasi atau CPI AS akan dirilis hari Rabu nanti), bank-bank sentral di dunia tidak punya pilihan lain selain memperlambat laju pertumbuhan ekonomi demi untuk menekan tingkat inflasi dan mempertahankan kredibilitas mereka.
Dari sisi makroekonomi, data memperlihatkan pertumbuhan pasar tenaga kerja AS di bulan April melebihi ekspektasi pasar, sebuah indikasi bahwa ekonomi secara fundmental kuat meskipun pertumbuhan di 1Q22 mengalami kontraksi.
Data Non-Farm Payrolls (NFP) memperlihatkan bahwa ekonomi AS menambah 428,000 pekerja di bulan April, lebih tinggi dari estimasi penambahan 380,000 dan menyamai jumlah perekrutan pekerja di bulan Maret.
Tingkat Pengangguran tidak berubah di 3.6%, lebih tinggi dari estimasi penurunan menjadi 3.5%. Rata-rata Upah Per Jam (Average Hourly Earnings) tumbuh 0.3% M/M (5.5% Y/Y) bulan lalu atau lebih rendah dari estimasi kenaikan 0.4% M/M dan pertumbuhan di bulan Maret, 0.4% M/M (5.6% Y/Y).
Di pasar komoditas, harga minyak mentah naik selama 3 hari beruntun dan mencatatkan kinerja positif selama 2 minggu beruntun. Dustin melihat sinyal akan terjadinya kelangkaan pasokan semakin kuat seiring dengan semakin dekatnya negara-negara Uni Eropa (UE) dalam menjatuhkan sanksi atas minyak asal Rusia.
UE mengusulkan penghapusan pasokan minyak mentah dari Rusia dalam 6 bulan ke depan dan produk olahan minyak asal Rusia mulai akhir 2022. UE juga akan melarang pengapalan dan pembayaran asuransi bagi setiap pengiriman minyak asal Rusia.
Untuk perdagangan hari ini Phillip memperkirakan investor menantikan rilis data Neraca Perdagangan bulan April Tiongkok dan dari dalam negeri rilis data Inflasi bulan April.
Dustin memperkirakan IHSG hari ini cenderung bearish di rentang 7.160-7.260. Berikut saham-saham yang direkomendasikan Phillip.
BIRD
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 1375
Target Price 1 : 1520
Target Price 2 : 1600
Stop Loss : 1230
OASA
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 655-660
Target Price 1 : 725
Target Price 2 : 760
Stop Loss : 585
DGIK
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Sideways
Trade Buy : 157
Target Price 1 : 168
Target Price 2 : 172
Stop Loss : 146
INKP
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Sideways
Trade Buy : 7550-7575
Target Price 1 : 7775
Target Price 2 : 8050
Stop Loss : 7325.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha