EmitenNews.com - Bukaka Teknik Utama (BUKK) semester pertama 2025 telah mengantongi kontrak Rp950 miliar. Capian tersebut sekitar 40 persen dari target tahunan Rp2,2 triliun. Manajemen optimistis performa akan meningkat signifikan pada semester kedua. 

“Kami optimistis target akhir tahun dapat tercapai karena sejumlah proyek besar sedang dalam tahap penjajakan di kuartal III dan IV,” tutur Afifuddin Suhaeli, Direktur Keuangan Bukaka Teknik Utama, dalam keterangan resmi.

Perseroan memutuskan tidak membagi dividen kepada pemegang saham. Selain itu, pengesahan laporan keuangan dan pengangkatan direksi baru juga menjadi agenda utama. Tiga direktur baru yang ditunjuk adalah: Ade Nurkholis sebagai Direktur Operasional, Didin Saepudin sebagai Direktur Marketing dan Budi Hartono sebagai Direktur Portofolio.

“Formasi baru ini merupakan bagian dari strategi restrukturisasi manajemen untuk memperkuat fokus pada produksi, pengelolaan usaha, dan investasi jangka panjang,” jelas Teguh Wicaksana Sari, Direktur Perseroan.

RUPS Luar Biasa juga mengesahkan penambahan klasifikasi bidang usaha (KBLI), penjaminan aset, serta beberapa agenda keuangan penting lainnya. Bukaka terus memperluas jangkauan globalnya, khususnya di sektor oil & gas. Setelah sukses memasok 300 unit peralatan ke India, perseroan kini mendirikan entitas baru di negara tersebut untuk memenuhi syarat tender lokal. “Unit baru ini akan menjadi kendaraan utama Bukaka untuk mengamankan proyek-proyek besar di pasar India,” kata Afifuddin.

Tidak hanya itu, diversifikasi ke sektor pertambangan dan energi menjadi pilar utama strategi bisnis 2025. Bukaka dikenal berpengalaman dalam proyek material handling tambang batubara dan nikel, serta pengembangan unit ETSO untuk kebutuhan offshore di sektor migas.

Menghadapi penurunan anggaran infrastruktur dari pemerintah, manajemen mengakui bahwa hal tersebut berdampak langsung pada permintaan proyek. Namun, situasi ini justru mendorong Perseroan untuk mempercepat diversifikasi usaha. “Kami memandang ini bukan sebagai hambatan, tetapi peluang untuk keluar dari zona nyaman dan memperkuat portofolio di sektor-sektor yang lebih stabil dan menjanjikan,” ungkap Teguh.

Fokus perseroan saat ini investasi energi diarahkan pada proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Dari total Capex tahun 2025 sebesar Rp600 miliar, sebanyak Rp250 miliar telah terserap hingga kuartal I, terutama untuk pengembangan PLTA dan smelter.

Sementara itu, meski harga nikel global mengalami tekanan, Perseroan tetap optimistis. “Dengan efisiensi energi dari PLTA dan kedekatan sumber bahan baku, Indonesia masih menjadi produsen nikel paling kompetitif di dunia,” jelas Afifuddin.

Soal konflik Iran dan Israel, perseroan menyatakan belum terdapat dampak langsung terhadap operasional. Bukaka tidak memiliki kegiatan di kedua negara tersebut. Namun, perusahaan aktif di Oman, UEA, Kuwait, dan Arab Saudi—dengan sejumlah tender yang tengah berjalan. “Kalau pun ada dampak, justru bisa bersifat positif dari sisi percepatan tender, terutama karena potensi kenaikan harga minyak,” tutur Teguh.

Bukaka Teknik Utama menegaskan komitmen untuk terus tumbuh secara berkelanjutan melalui strategi diversifikasi, efisiensi, dan ekspansi internasional. “Kami yakin dengan pengalaman dan kesiapan yang ada, Bukaka akan tetap relevan dan kuat dalam menghadapi dinamika industri,” tutup Afifuddin. (*)