EmitenNews.com - Dorong pertumbuhan kredit, Bank Indonesia akan terus menempuh kebijakan makroprudensial longgar. Sasarannya menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, untuk mendorong pertumbuhan kredit pada tahun 2025. Memasuki 2025, BI memaparkan tiga langkah untuk dorong pertumbuhan kredit.

Dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024 di Gedung BI, Jakarta, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan pihaknya memperkirakan pertumbuhan kredit meningkat 11-13 persen year on year (yoy) pada tahun 2025 dari sebelumnya 10-12 persen yoy pada tahun ini.

Langkah pertama, menurut Perry Warjiyo, kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial/KLM (insentif likuiditas bagi perbankan untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan melalui pengurangan Giro Wajib Minimum/GWM bank). Sasarannya, mendorong kredit pembiayaan yang diarahkan ke sektor-sektor prioritas pencipta lapangan kerja.

Sejumlah sektor tersebut mencakup, pertanian, perdagangan, industri pengolahan, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif. Kemudian, properti (khususnya perumahan rakyat), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Ultra Mikro (UMi), dan ekonomi hijau.

Jumlah insentif juga akan dinaikkan dari Rp259 triliun pada 2024 menjadi Rp283 triliun mulai Januari 2025. Setidaknya, ada 102 bank mendapatkan KLM di atas tiga persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

“Semakin banyak bank yang akan menerima insentif likuiditas dengan jumlah lebih besar,” katanya.

Selanjutnya, rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) tetap longgar. Dalam hal ini, kebijakan uang muka kredit 0 persen tetap berlaku untuk kredit properti dan kredit otomotif.

Lalu, ketiga, penguatan surveilans sistemik untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, berkoordinasi erat dengan Kementerian Keuangan, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), dalam KSSK (Komitmen Stabilitas Sistem Keuangan),” kata Perry Warjiyo. 

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar bersih di pasar keuangan domestik mencapai Rp1,78 triliun berdasarkan data transaksi 25-28 November 2024.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan di Bandung, Sabtu (30/11/2024), mengatakan bahwa nilai tersebut terdiri atas aliran modal asing keluar bersih di pasar saham Rp2,01 triliun dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp1,66 triliun, sedangkan modal asing masuk bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp1,89 triliun.

Dengan demikian, sejak 1 Januari hingga 28 November 2024, total modal asing masuk bersih di pasar saham Rp24,65 triliun, di pasar SBN Rp29,17 triliun, dan di SRBI Rp184,85 triliun. ***