EmitenNews.com - PT PAM Mineral Tbk (NICL) menggandeng PT Celebes Adhi Perkasa sebagai kontraktor untuk penambangan nikel di Desa Laroenai, Bungku Pesisir, Sulawesi Tengah. Dengan kerja sama ini, perusahaan berharap target produksi 1,8 juta metrik ton bijih nikel pada semester II tahun ini, sesuai rencana kerja anggaran biaya (RKAB), dapat terpenuhi. 

 

"Langkah penunjukan Celebes Adhi Perkasa sebagai kontraktor tambang untuk pelaksanaan penambangan di PAM Mineral adalah bagian dari strategi untuk meningkatkan produksi," kata Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka dalam siaran pers, Selasa (14/9).

 

Perbaikan infrastruktur seperti renovasi mes, sarana laboratorium, dan beberapa sarana pendukung lainnya di tambang PAM Mineral sudah berjalan. Meski begitu, masih terdapat sejumlah area yang belum dilakukan penambangan dari total izin yang dimiliki PAM Mineral.

 

Sesuai Surat Keputusan Bupati Morowali Nomor 540.3/SK.004/DESDM/II/2012, PAM Mineral memiliki area potensi nikel seluas 198 hektare (ha) dari izin usaha pertambangan (IUP)-nya. Seluruh area tersebut telah dieksplorasi pada bagian yang sudah dibuka (land clearing), namun belum dilakukan penambangan seluruhnya.

 

Dari area yang sudah dieksplorasi, tertambang seluas 47 ha. Area yang belum ditambang dari IUP tersebut seluas 120 ha. Untuk area yang telah direklamasi secara total seluas 5 ha yang terdiri dari area utara 3 ha dan area selatan 2 ha. Area yang belum dilakukan proses reklamasi seluas 10 ha. 

 

Perusahaan tambang ini optimistis target penjualan pada 2021 dapat terpenuhi dengan adanya dukungan kontraktor Celebes Adhi Perkasa. Kebutuhan produk nikel kadar rendah untuk mendukung industri baterai dan kondisi cuaca yang semakin membaik karena curah hujan sudah berkurang.

 

Ruddy optimis dengan prospek bisnis pertambangan mineral nikel yang dijalankan perusahaan saat ini. "Hal ini disebabkan semakin terbukanya pasar untuk nikel kadar rendah (low grade) karena adanya beberapa industri pengolahan nikel (smelter) yang memiliki teknologi pengolahan nikel kadar rendah," katanya. Selain industri pengolahan nikel, adanya pabrik baterai yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2023 bisa memberikan alternatif pasar. Pasalnya, nikel berkadar rendah banyak dibutuhkan untuk campuran dengan jenis logam kobalt sebagai bahan baku baterai.

 

"Di sisi lain, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga terus meningkat, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter," kata Ruddy. Selain itu, perkembangan harga nikel selama periode Mei-September 2021, mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebagai akibat dari peningkatan harga nikel dunia. 

 

Berdasarkan HMA yang dikeluarkan oleh Dirjen Minerba, tiap bulan harga patokan mineral meningkat dari USD16.301/DMT pada Mei, menjadi USD19.239/DMT pada September. Meskipun di tengah situasi pandemi yang belum usai dan adanya faktor-faktor alam yang dapat mempengaruhi kegiatan operasional, Ruddy yakin kinerja operasional 2021 lebih meningkat dibandingkan 2020. "Selain itu kinerja operasional diperkuat oleh semakin meningkatnya harga nikel di 2021 dibandingkan dengan tahun 2020," ujar Ruddy.