EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyetop sementara perdagangan saham Garda Tujuh Buana (GTBO). Suspensi itu dilakukan menyusul lonjakan harga di luar kelaziman. Selain itu, untuk cowling down.


”Penghentian sementara perdagangan saham Garda Tujuh Buana berlaku efektif sejak Kamis, 5 Januari 2023,” tulis Lidia M. Panjaitan, Kadiv Pengawasan Transaksi, didampingi Pande Made Kusuma Ari A, Kadiv Pengaturan & Operasional Perdagangan BEI. 


Penghentian sementara perdagangan saham Garda Tujuh Buana tersebut dilakukan di pasar reguler, dan pasar tunai, dengan tujuan memberi waktu memadai bagi pelaku pasarmempertimbangkan secara matang berdasar informasi dalam setiap pengambilan keputusan investasi pada saham perseroan. 


Emiiten tambang batubara dan konstruksi pertambangan tersebut mengalami suspensi 18 bulan dan lepas dari jerat suspensii delisting (penghapusan pencatatan) pada 19 Desember 2022 saham GTBO berada harga Rp75 per saham. Melesat 40,57 persen dari edisi 30 Desember 2022 di kisaran Rp175 per eksemplar. Periode 52 pekan terakhir, saham Garda Tujuh Buana menyentuh level tertinggi Rp246, terendah Rp82, dan mengakumulasi nilai kapitalisasi pasar Rp560 miliar.


Pada penutupan Selasa (3/1/2023) saham GTBO Naik ke Rp224 per saham atau melesat 198 persen dalam tempo yang relatif singkat. Sehingga Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham GTBO dalam unusual market activity (UMA) karena lonjakan harga di luar kebiasaan. Pasca UMA pada Rabu (4/1/2023) GTBO ditutup masih menguat 9,82% atau naik 22 point ke harga Rp246 per saham atau telah terjadi peningkatan hingga 228% dari lepas suspensi pada 19 Desember 2022.


Sebelumnya, saham GOTO pernah menggemparkan BEI tahun 2012 setelah harganya melesat ke level tertinggi Rp 7.200 pada 14 September 2022, dibandingkan level penutupan akhir Desember 2010 senilai Rp 62 per saham atau melesat hingga 11.512%. Terjadi lonjakan hampir 115 kali hanya dalam 20 bulan.



GTBO hingga September 2022,  mencatatkan penjualan senillai USD33,53 juta dengan laba bruto mencapai USD6,7 juta. Perseroan kemudian berbalik menjadi laba bersih USD3,05 juta, dibandingkan periode sama tahun lalu dengan rugi bersih USD 966 ribu.


Adapun, seluruh penjualan perseroan dikontribusi oleh penjualan batu bara ekspor. Dari sisi pengeluaran, beban pokok penjualan GTBO tercatat sebesar USD26,83 juta atau Rp419,17 miliar.


Hingga akhir September 2022, total nilai aset GTBO tercatat sebesar USD60,47 juta atau setara Rp944,84 miliar, atau tumbuh 5,94% dari posisi akhir Desember 2021 yang sebesar USD57,08 juta. Liabilitas perseroan tercatat sebesar USD16,23 juta dan ekuitas sebesar USD44,23 juta.