EmitenNews.com - Sunindo Pratama (SUNI) memulai pembangunan plant 2 PT Rainbow Tubulars Manufacture (RTM) di Batam. RTM merupakan strategic asset vital bagi perseroan dalam memproduksi seamless pipes/OCTG tubing secara in-house, dan menjamin ketersediaan produk perseroan.

Melanjutkan serangkaian strategi peningkatan kapasitas produksi sebelumnya meningkatkan modal disetor RTM Rp152,8 miliar, perseroan juga mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp432 miliar. Belanja modal itu, untuk pembelian tanah Rp57 miliar, pembangunan pabrik Rp250 miliar, dan pembelian mesin produksi Rp125 miliar. 

Pembangunan pabrik baru seluas 50.793 meter persegi (m2) ini dapat menambah kapasitas produksi seamless pipes/OCTG tubing hingga dua kali lipat mencapai 60 ribu ton per tahun dari sebelumnya 30 ribu ton per tahun. Kalau mencapai kapasitas maksimal, perseroan dapat memasok atau melayani kebutuhan seamless OCTG tubing sampai 70 ribu ton per tahun. 

Peningkatan kapasitas produksi itu, mendukung perseroan mendiversifikasi produk industrial pipe, dan memperluas pangsa pasar dalam dan luar negeri (pasar ekspor). Perseroan menargetkan fasilitas itu, akan beroperasi pada 2025, dan dapat berkontribusi positif terhadap kinerja operasional, dan keuangan perseroan ke depan. 

Peletakan batu pertama pembangunan pabrik baru itu, dilaksanakan pada Kamis, 14 Maret 2024, dan dihadiri Direktur Utama Sunindo Willy Johan Chandra, Presiden Direktur RTM Srie Martina, Kepala Kelompok Kerja Kapasitas Nasional Divisi Rantai Suplai SKK Migas Maria Kristanti Wiharto. 

Direktur Pelayanan Lalu Lintas Barang dan Penanaman Modal, Badan Pengusahaan Batam Surya Kurniawan Suhairi diwakili Yani Alkindi, Kepala Bidang Pengolahan Sampah, Limbah B3 dan Kajian Dampak Lingkungan DLHK Kepulauan Riau Edison, Direktur Utama Pratama Widya Andreas Widhatama Kurniawan, dan Direktur Utama Lixicon Indonesia Lio Lixius Chan. 

Direktur Utama Sunindo, Willy Johan Chandra menyebut kehadiran pabrik baru untuk memperkuat industri pipa lokal dalam memenuhi kebutuhan eksplorasi, dan eksploitasi migas ke depan. Perseroan berkomitmen mendukung program pemerintah telah menetapkan target lifting minyak, dan gas bumi sebagai berikut.

Target lifting minyak 1 juta barrel oil per day (BOPD), dan 12 billion standard cubic feet per day (BSCFD) pada 2030. Dengan target itu, Indonesia menjadi captive market untuk produk seamless pipes/OCTG tubing, dan memberi peluang bagi perseroan untuk menjamin keberlangsungan usaha ke depan. 

“Sebagai produsen pipa lokal, Sunindo memiliki potensi kuat untuk bertumbuh secara berkelanjutan. Pertumbuhan makin kuat didukung dengan regulasi pemerintah yang mengatur standar TKDN untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor ditambah dengan kebutuhan energi akan terus meningkat ke depan,” tutur Willy. 

Kepala Kelompok Kerja Kapasitas Nasional Divisi Rantai Suplai SKK Migas, Maria Kristanti Wiharto mengapresiasi komitmen anak usaha perseroan mengembangkan industri manufaktur dalam negeri dari awalnya PMA menjadi PMDN, dan memiliki sertifikat TKDN. Dengan begitu, dapat memasok kebutuhan barang-barang dalam negeri. “Kami sangat mengapresiasi RTM dapat menjadi contoh sukses bagaimana industri lokal dapat berkembang. Itu juga dapat memberi multiplier effect untuk industri hulu migas, dan industri lainnya,” kata Maria. 

Presiden Direktur RTM, Srie Martina menambahkan perseroan berkomitmen meningkatkan implementasi ESG di lingkungan pabrik plant 2. RTM telah bekerja sama dengan PLN untuk merancang penggunaan panel surya pada rooftop factory seluas 11.000 m2 akan menghasilkan listrik 0.5-1 MW. Perseroan juga memastikan rencana pembangunan mengalokasikan 12 persen area pabrik menjadi area hijau. 

Nah, dari aspek sosial, kehadiran pabrik baru RTM dapat menyerap tenaga kerja lokal sampai 250 pekerja Batam. 

Saat ini, tantangan perseroan memastikan delivery produk ke pelanggan dapat berjalan tepat waktu. Dengan pabrik baru, perseroan optimistis dapat memenuhi kebutuhan pelanggan baik secara volume maupun dari sisi waktu pengiriman. 

Dengan adanya production line pabrik baru, perseroan dapat tetap mengoptimalkan aktivitas produksi di saat proses maintenance sedang dilakukan di production line telah ada. Selain untuk meningkatkan kinerja perseroan, ini merupakan bagian dari peningkatan layanan perseroan kepada pelanggan ke depan. (*)