EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyudahi pekan lalu di zona merah. Itu setelah indeks menukik 0,69 persen menjadi 6.538,50. Sepekan terakhir, Indeks mengalami koreksi 0,35 persen. 


Pelemahan bursa Jumat pekan lalu masih diliputi kekhawatiran investor mengenai Omicron. Lalu, ditambah kabar kemunculan dua kasus varian Omicron di Singapura. Selain itu, fluktuasi bursa sepekan kemarin ditambah tingkat inflasi Indonesia lumayan tinggi.


Namun, untungnya tidak dibarengi tingkat manufaktur tinggi. Perlu menjadi perhatian juga mengenai valuasi Indeks per 30 November lalu menggunakan metode trailing. Itu mencerminkan valuasi lebih objektif dibanding metode annualized. Efeknya, PER Indeks 18,9x dibanding Global Equity Markets PE 25,2x.


Dengan begitu, PER Indeks relatif lebih murah. Sektor pendorong pelemahan Indeks Jumat pekan lalu yaitu industrial minus 1,33 persen, konsumer non-siklikal anjlok 1,09 persen, dan keuangan tekor 0,79 persen. Investor asing membukukan net sell Rp428,68 miliar dengan saham-saham paling banyak dijual asing BBCA, SMGR, dan ASII.


Saat ini, Indeks sedang berada pada trend koreksi atau konsolidatif. Berada dekat support level 6.480. Itu menunjukkan Indeks masih memiliki peluang untuk bergerak naik ditunjang level support tersebut. Pergerakan menembus ke bawah 6.480 bisa dikatakan Indeks bergerak bearish. 


Sementara itu, level support dan resistance sepekan ke depan 6.480-6.726. Sepanjang perdagangan hari ini, Senin (6/12) Indeks berpotensi bergerak kembali melemah dengan level support 6.510, dan resisten 6.580. Sejumlah saham laik beli antara lain ERAA, BTPS, KRAS, CTRA, BLUE, PWON, IMJS, dan TOYS.


Sementara itu, dari bursa Asia, indeks Nikkei Jepang, dan Kospi Korea sudah diperdagangkan melemah, kala indeks TOPIX diperdagangkan menanjak. Bursa Asia merespon negatif pelemahan bursa Amerika Serikat (AS) Jumat pekan lalu, akibat data penciptaan tenaga kerja di bawah ekspektasi, dan ketakutan ancaman delisting saham-saham China. (*)