Dari berbagai sumber yang ada, IHSG terhitung sejak tanggal 5 Maret 2020, tiga hari pasca kasus pertama Corona diumumkan di Indonesia, sudah turun lebih dari 30% hanya dalam waktu 14 hari perdagangan menuju titik terendahnya. 

Tahun 2008 juga sempat terjadi krisis keuangan global. IHSG kita juga mengalami penurunan sampai hampir 40% dalam kurun waktu 16 hari perdagangan. Saat krisis 1997-1998, dalam kurun waktu 20 hari saja IHSG turun sampai 30%. 

Pertanyaanya, bagaimana dengan saat ini? Kondisi faktual memang menunjukkan sedang terjadi kelesuan ekonomi, daya beli masyarakat kian lemah. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing pun kian mengkhawatirkan.  

Negara (pemerintah) pun sepertinya sedang mengalami kesulitan besar, terlihat dari berbagai seruan dan paket kebijakan efisiensi anggaran yang kian marak belakangan ini. 

Pemerintah juga punya kewajiban membayar hutang berikut bunganya yang telah jatuh tempo pada periode ini. Sementara itu di tingkat bawah, telah terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di banyak tempat.

Apakah semua kondisi diatas berikut tren penurunan IHSG menandakan kita sudah dalam fase krisis? Apakah harga-harga saham sudah berada pada level terendahnya atau jangan-jangan belum? 

Banyak pro dan kontra. Ada yang mengatakan kita sudah krisis, ada yang mengatakan baru sedang dalam tahap permulaan, tapi ada juga pandangan yang mengatakan bahwa fundamental ekonomi kita baik-baik saja. Penurunan harga saham dan IHSG dianggap sebagai koreksi alias hal yang biasa-biasa saja. 

Buat saya pribadi, kondisi yang terjadi saat ini bisa menjadi bahan pembelajaran yang sangat baik. Fase saat ini menjadi ujian sekaligus pembuktian bagi kita selaku investor saham. 

Apakah kita sudah siap menghadapinya dengan berbagai strategi yang kita punya? Apakah kita masih cukup bersabar menghadapi fluktuasi dan tren penurunan yang sedang terjadi?

Dalam hal ini, kemampuan kita untuk mengatur porsi dana investasi menjadi hal yang sangat penting. Bagaimanapun, penurunan harga saham-saham yang berfundamental bagus seperti saat ini merupakan peluang besar bagi kita. Tinggal persoalannya, apakah kita bisa memanfaatkannya atau tidak. 

Pada kondisi IHSG yang terus melemah, biasanya kebanyakan investor saham akan mudah terpengaruh rasa rasa takut (fear) yang berlebihan. Hal yang terjadi sebaliknya, ketika pasar saham sedang diliputi optimisme tinggi, membuat para investor dikuasai rasa serakah (greedy). 

Saya teringat salah satu petuah yang disampaikan Warren Buffett, seorang investor legendaris dunia sebagaimana dikutip James Pardoe dalam buku “Sukses Berinvestasi ala Buffett” yang mengatakan, “Penurunan pasar bukanlah pukulan, tetapi peluang membeli. Jika orang kebanyakan mulai lari meninggalkan saham yang bagus, berlarilah untuk mendapatkannya”.

Serta salah satu perkataan Buffett yang juga tak kalah populer, “Be fearful when others are greedy and greedy when others are fearful” atau Takutlah ketika orang lain serakah dan serakahlah ketika orang lain takut.

Akhirnya, kondisi IHSG yang terus melemah semestinya tak membuat kita lantas menyerah dan menarik diri dari dunia saham.