EmitenNews.com - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia terkait dengan adanya pengetatan moneter dan kenaikan inflasi di sejumlah negara. Perlambatan tajam ekonomi China ikut melemahkan prospek pemulihan ekonomi di kawasan ini.


IMF dalam laporan prospek ekonomi regional Asia-Pasifik menyebutkan ketika inflasi di Asia tetap lemah dibandingkan dengan kawasan lain, sebagian besar bank sentral harus terus menaikkan suku bunga untuk memastikan ekspektasi inflasi tidak menjadi tidak menentu.


"Rebound ekonomi Asia yang kuat awal tahun ini kehilangan momentum, dengan kuartal kedua yang lebih lemah dari perkiraan," kata Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, dilansir dari Channel News Asia, Senin, 31 Oktober 2022.


"Pengetatan lebih lanjut dari kebijakan moneter akan diperlukan untuk memastikan bahwa inflasi kembali ke target dan ekspektasi inflasi tetap berlabuh dengan baik," tambahnya.


IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia menjadi empat persen tahun ini dan 4,3 persen tahun depan, masing-masing turun 0,9 persen poin dan 0,8 poin dari April. Perlambatan tersebut mengikuti ekspansi 6,5 persen pada 2021.


"Ketika efek pandemi berkurang, kawasan ini menghadapi tantangan baru dari pengetatan keuangan global dan perkiraan perlambatan permintaan eksternal," kata laporan IMF.


IMF mengatakan di antara hambatan terbesar adalah perlambatan ekonomi Tiongkok yang cepat dan berbasis luas yang diakibatkan penguncian covid-19 yang ketat dan kesengsaraan properti yang memburuk.


"Dengan semakin banyaknya pengembang properti yang gagal membayar utang mereka selama setahun terakhir, akses sektor ini ke pembiayaan pasar menjadi semakin menantang. Risiko terhadap sistem perbankan dari sektor real estat meningkat karena eksposur yang substansial," kata laporan IMF.


IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat menjadi 3,2 persen tahun ini, turun 1,2 poin dari proyeksi April, setelah naik 8,1 persen pada 2021. "Ekonomi terbesar kedua di dunia itu diramal tumbuh 4,4 persen tahun depan dan 4,5 persen pada 2024," pungkas IMF.(fj)