Indeks Keyakinan Industri Alami Penurunan di 16 dari 23 Sektor
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan penurunan nilai Indeks Keyakinan Industri (IKI) terjadi pada 16 subsektor dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas
EmitenNews.com - Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan penurunan nilai Indeks Keyakinan Industri (IKI) terjadi pada 16 subsektor dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas. Selain faktor ketidakpastian ekonomi global, beberapa faktor yang mendorong penurunan nilai IKI adalah faktor musiman libur hari raya Idulfitri dan cuti bersama yang menyebabkan aktivitas industri menurun karena hari kerja berkurang.
Kondisi dalam negeri seperti kenaikan harga bahan pangan yang mendorong masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya juga berdampak pada penurunan nilai IKI pada periode ini.
Meskipun demikian, 19 subsektor masih mengalami ekspansi dengan kontribusi terhadap PDB tahun 2023 sebesar 87,7%. Ekspansi tertinggi dialami oleh industri makanan walaupun mengalami penurunan nilai IKI, diikuti oleh industri minuman yang juga mengalami penurunan nilai IKI, dan Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki (nilai IKI meningkat). Bahkan, terdapat 2 (dua) subsektor yang mengalami perubahan level menjadi ekspansi, yaitu Industri Tekstil dan Industri Kayu, Barang Kayu, dan Gabus.
Nilai IKI Industri tekstil pada April ini meningkat cukup signifikan dan menghantarkan industri ini mengalami ekspansi pertama kali sejak IKI dirilis pada bulan November 2022. Peningkatan nilai IKI industri tekstil ditunjang oleh peningkatan nilai IKI variabel produksi yang cukup tinggi dan variabel persediaan yang menunjukkan produknya terserap optimal ke pasar.
Hal ini diduga sebagai dampak pemberlakuan Permendag No. 3 tahun 2024 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor sehingga menekan masuknya produk impor.
Walaupun demikian, kondisi pasar masih lesu terlihat dari nilai variabel pesanan baru yang masih terkontraksi, terutama pasar domestik. Sedangkan, kenaikan level ekspansi Kayu, Barang Kayu, dan Gabus didorong oleh peningkatan produksi dan penyerapan persediaan produk untuk memenuhi pesanan sebelumnya dari luar negeri.
Sementara itu, terdapat 4 (empat) subsektor yang mengalami kontraksi setelah sebelumnya mengalami ekspansi yaitu Industri Alat Angkutan Lainnya, Industri Komputer, Barang Elektronik & Optik, Industri Logam Dasar, dan Industri Furnitur. Penurunan nilai IKI subsektor Industri Alat Angkutan Lainnya disebabkan oleh penurunan pesanan domestik, ditunjukkan oleh menurunnya penjualan sepeda motor pada periode libur Lebaran sehingga aktivitas produksi dan pengiriman terhenti, serta pola konsumsi masyarakat.
Demikian pula dengan subsektor Industri Komputer, Barang Elektronik & Optik yang mengalami penurunan nilai IKI pesanan baru karena penurunan pesanan domestik. Selain itu, pada industri ini, ketergantungan impor komponen elektronik sangat tinggi sehingga terkena dampak pemberlakuan regulasi tata niaga impor.
Penurunan IKI subsektor Industri Logam Dasar utamanya disebabkan penurunan pesanan domestik dan harga jual dalam negeri akibat peningkatan depresiasi rupiah. Namun, sebaliknya untuk industri logam dasar yang berorientasi ekspor justru mengalami peningkatan salah satunya akibat isu penimbunan bahan baku untuk HS 72 (Besi dan Baja) oleh Tiongkok.
Ini berbeda dengan subsektor industri furnitur yang penurunannya didorong oleh menurunnya pesanan baru dari luar negeri akibat ekonomi negara mitra serta faktor musiman libur Hari Raya. (*)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha