EmitenNews.com - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 berhasil menggolkan dokumen Deklarasi Bali yang disepakati oleh seluruh pimpinan negara yang hadir. Dari 52 poin deklarasi yang dihasilkan selama dua hari pelaksanaan KTT G20, ada dua butir kesepakatan yang terkait dengan bidang energi.


Untuk diketahui, Deklarasi Bali mencatatkan 52 poin kesepakatan guna mendorong pencapaian tujuan masyarakat dunia melalui peningkatan upaya dan komitmen di berbagai sektor. Dari 52 poin tersebut, ada 2 poin khusus terkait sektor energi.


Pertama, para Pemimpin G20 menyepakati untuk mempercepat dan memastikan transisi energi yang berkelanjutan, adil, terjangkau, dan investasi inklusif. Bali Compact dan Peta Jalan Transisi Energi Bali juga disepakati menjadi panduan untuk mencari solusi mencapai stabilitas pasar energi, transparansi, dan keterjangkauan. Berikut isi deklarasi terkait sektor energi:


Dalam konferensi pers yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Rabu petang, disampaikan pula bahwa beberapa komitmen pendanaan untuk pengembangan transisi energi di Indonesia disepakati dalam forum G20 ini. "Kemudian juga Energy Transition Mechanism, khususnya untuk Indonesia, memperoleh komitmen dari Just Energy Transistion Partnership (JETP) sebesar 20 miliar USD," ungkap Presiden.


Presiden menyadari KTT G20 berlangsung pada saat krisis iklim dan energi, di tengah tantangan geopolitik. Dunia juga sedang mengalami volatilitas harga dan pasar energi serta gangguan dalam pasokan energi.


"Kami menggarisbawahi urgensi untuk mengubah dan mendiversifikasi sistem energi dengan cepat, ketangguhan dan keamanan energi serta stabilitas pasar, dengan mempercepat dan memastikan transisi energi yang berkelanjutan, adil, terjangkau, dan investasi inklusif. Kami menekankan pentingnya memastikan bahwa permintaan energi global diimbangi oleh pasokan energi yang terjangkau," demikian paragraph yang mengawali poin ke 11 dokumen Deklarasi Bali.


G20 menegaskan kembali komitmennya untuk mencapai Net Zero Emission gas rumah kaca/netralitas karbon pada sekitar pertengahan abad, sambil mempertimbangkan perkembangan ilmiah terbaru dan keadaan nasional yang berbeda.


"Kami meminta dukungan berkelanjutan untuk negara-negara berkembang, terutama di negara-negara yang paling rentan, terutama dalam menyediakan akses ke kapasitas energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern, teknologi terbaru yang terjangkau dalam domain publik, kerja sama teknologi saling menguntungkan, dan pembiayaan aksi mitigasi di sektor energi," lanjut poin yang sama.


Di poin 12 kesepakatan disebutkan negara-negara G20 menegaskan kembali komitmen mereka untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDG) 7 dan berupaya menutup kesenjangan energi akses dan untuk memberantas kemiskinan energi.


"Menyadari peran kepemimpinan kami, dan dipandu oleh Bali Compact dan Peta Jalan Transisi Energi Bali, kami berkomitmen untuk mencari solusi dalam mencapai stabilitas pasar energi, transparansi, dan keterjangkauan. Kami akan mempercepat transisi dan mencapai tujuan iklim kita dengan memperkuat rantai pasokan energi dan keamanan energi, dan diversifikasi bauran dan sistem energi."


Masih di poin yang sama, dipaparkan langkah-langkah kongkrit, peta jalan yang akan dilakukan negara-negara G20 menuju NZE.


"Kami akan dengan cepat meningkatkan penyebaran pembangkit listrik nol dan rendah emisi, termasuk energi terbarukan, langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi energi, teknologi pengurangan dan penghilangan GRK, dengan mempertimbangkan keadaan nasional."


Mereka sadar akan pentingnya mempercepat pengembangan, penyebaran teknologi, dan penerapan kebijakan transisi menuju sistem energi rendah emisi, termasuk dengan dengan cepat meningkatkan penyebaran pembangkit listrik bersih, termasuk energi terbarukan, langkah-langkah efisiensi energi, termasuk upaya pensiun dini tenaga batu bara, sejalan dengan kondisi dan berdasarkan kebutuhan nasional untuk mendukung transisi yang adil.(fj)