EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Jumat (21/1) dibuka melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street.


Semalam indeks saham DJIA memperpanjang penurunan menjadi 5 hari beruntun, terpanjang sejak bulan September 2021.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Trasury note) bertenor 10 tahun turun 1.2 bps menjadi 1.815%.

"Investor menjauhi saham di tengah masih kuatnya kekhawatiran mengenai lonjakan laju inflasi global dan prospek kenaikan suku bunga. Investor merasa cemas karena kenaikan suku bunga akan membuat biaya pinjaman lebih mahal dan dapat menghambat prospek pertumbuhan eknomi global serta mempengaruhi proyeksi laba korporasi," ulas analis Phillip Sekuritas Dustin Dana Pramitha.

Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data pasar tenaga kerja AS (Weekly Jobless Claims) dan data pasar perumahan AS (Existing Home Sales).

Jumlah orang yang untuk pertama kali mencairkan tunjangan pengangguran (Initial Jobless Claims) bertambah menajdi 286,000 untuk minggu yang berakhir 8 Januari. Lebih tinggi dari ekspektasi 225,000 dan angka pada minggu sebelumnya, 231,000.

Dengan demikian Initial Jobless Claims sudah merangkak naik selama 3 minggu beruntun dan semakin mendekati level 300,000.

Penjualan rumah lama atau yang pernah di miliki sebelumya (Existing Home Sales) di AS anjlok 4.6% M/M selama bulan Desember menjadi 6.18 juta unit. Harga yang tinggi di tengah rekor kelangkaan persediaan rumah terus menutup kesempatan bagi calon pembeli rumah pertama.

Dari Asia, investor menurut Valdy mencerna rilis data inflasi (CPI) Jepang yang tumbuh 0.8% Y/Y di bulan Desember, lebih cepat dari pertumbuhan 0.6% Y/Y pada bulan sebelumnya dan memperpanjang trend kenaikan inflasi menjadi 4 bulan beruntun. Tingkat inflasi bulan Desember ini juga merupakan tingkat inflasi tertinggi sejak Desember 2019.

Inflasi Inti (Core CPI) naik 0.5% Y/Y selama dua bulan beruntun dengan laju tercepat dalam hampir 2 tahun terakhir. Ini adalah sinyal dari tekanan inflasi yang sudah meluas akibat dari kenaikan harga BBM dan bahan mentah.

Namun demikian, kenaikan data inflasi ini tidak akan memicu bank sentral (BOJ) untuk segera menarik paket stimulus moneter karena laju inflasi masih jauh di bawah target 2% dan di akibatkan sebagian besar oleh faktor eksternal bukan permintaan domestic yang kuat.

Untuk perdagangan di BEI hari ini Phillip Sekuritas memperkirakan IHSG cenderung melemah di rentang support 6.595 - resistance 6.645. Berikut data teknikal saham yang direkomendasikan.

ADHI
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 835
Target Price 1 : 890
Target Price 2 : 925
Stop Loss : 780

PRDA
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 8200
Target Price 1 : 8550
Target Price 2 : 8775
Stop Loss : 7875

KRAS
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 370
Target Price 1 : 390
Target Price 2 : 408
Stop Loss : 350.(fj)