IPO Bertubi-tubi, Investor Seakan Main Kartu: Mana Meledak Mana Gagal?

ilustrasi IPO. DOK/ISTIMEWA
Menata Ulang Narasi IPO: Dari Sensasi ke Seleksi
Untuk mengembalikan keseimbangan, pasar butuh pergeseran narasi: dari IPO sebagai ajang untung cepat, menjadi IPO sebagai bagian dari seleksi perusahaan unggul.
Regulasi harus diperketat, terutama dalam menilai kualitas prospektus, transparansi manajemen, dan rencana bisnis jangka panjang. BEI perlu mendorong perusahaan untuk listing dengan tujuan jangka panjang, bukan hanya karena momentum pasar sedang ramai.
Investor juga harus berubah. Tidak semua saham IPO layak dikoleksi. Tidak semua kenaikan harga adalah sinyal kualitas. Edukasi keuangan yang kritis, bukan hanya semangat membeli, harus menjadi pilar utama. Investor perlu memahami bahwa IPO adalah gerbang awal, bukan garis akhir. Sukses jangka panjang baru bisa diraih jika perusahaan tumbuh, bukan sekadar populer.
Pasar yang Sehat Bukan yang Ramai, Tapi yang Bertanggung Jawab
Banjir IPO bukan masalah jika dibarengi dengan kualitas. Tapi ketika listing menjadi ritual cepat untuk mencari dana dan menciptakan hype, maka pasar tak lagi sehat—ia rentan terhadap manipulasi, kehilangan rasionalitas, dan akhirnya menghancurkan kepercayaan publik. IPO yang baik adalah yang membuka akses, memperluas kepemilikan, dan menciptakan nilai jangka panjang. Bukan yang menebar janji, mengandalkan euforia, lalu meninggalkan investor di tengah jalan. Jika investor terus membeli saham seperti memilih kartu tertutup, maka cepat atau lambat, akan lebih banyak yang kalah daripada yang menang.
Maka, tugas kita bersama—regulator, emiten, media, influencer, dan investor—adalah memastikan bahwa pasar modal tidak berubah menjadi kasino yang terselubung rapi. Karena dalam investasi sejati, yang meledak seharusnya bukan harga sesaat, melainkan nilai nyata yang tumbuh dalam waktu lama.
Related News

Delisting dari BEI: Cerminan Masalah Fundamental atau Strategi Bisnis?

Backdoor Listing: Jalan Pintas atau Jebakan Batman di Bursa Saham?

Kaya tapi Tetap Merasa Kurang: Efek Dunning-Kruger Finansial

Menakar Cuan dari Barang Basah dan Kering Ketika IPO Saham

Buyback Saham: Strategi Korporasi atau Sekadar Menenangkan Pasar?

Trading Dulu Cari Modal, atau Investasi Dulu Bangun Aset?