EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia mengatakan penghimpunan dana melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) tahun 2021 lebih baik dibandingkan 2020. Selanjutnya, emiten pada sektor teknologi dinilai akan memiliki tren positif pada 2022, kata Inarno Djajadi Direktur Utama BEI, kepada media dalam paparannya di Main Hall BEI, Kamis (9/12/2021).

 

Inarno mengatakan, pihaknya tidak pernah mengarahkan investor untuk mengamati sektor emiten secara khusus. Namun demikian, emiten teknologi secara global mulai mendapatkan perhatian dari para investor.  Di dalam negeri, Inarno menilai melantainya PT Bukalapak.com mengundang perusahaan teknologi lain untuk menjadi perusahaan terbuka di dalam negeri. 

 

Dirut BEI itu menegaskan tetap membuka pintu untuk segala jenis emiten untuk menjadi perusahaan terbuka.  Pada kesempatan yang sama, Wayan menilai ada dua sektor yang akan memiliki tren positif pada 2022, yakni sektor teknologi dan emiten berbasis energi baru terbarukan (EBT). Menurut, akar indeks teknologi sudah mulai terlihat dari beberapa emiten teknologi. 

 

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setya menambahkan, ada dua sektor yang akan memiliki tren positif pada 2022, yakni sektor teknologi dan emiten berbasis energi baru terbarukan (EBT). Menurut, akar indeks teknologi sudah mulai terlihat dari beberapa emiten teknologi. 

 

Emiten berbasis EBT akan menjadi bagian dari ekonomi baru atau new economy pada 2022. Oleh karena itu, salah satu tren bursa pada 2022 adalah investasi pada sektor teknologi dan emiten berbasis EBT.  "Semau sektor akan kami akomodasi (tahun depan, tapi) salah satu tren (yang akan terjadi adalah emiten) berbasis teknologi dan (emiten) yang memperhatikan ESG (environment, social, and governance)," kata Nyoman. 

 

Disisi lain, penambahan jumlah emiten yang IPO tahun ini di bursa nasional tercatat paling banyak se-Asia Tenggara. Berdasarkan akumulasi, total emiten di pasar modal Indonesia tercatat menjadi yang terbanyak ketiga di Asia Tenggara. Per 7 Desember 2021, terdapat sebanyak 50 emiten yang melakukan IPO sepanjang 2021 dengan total penghimpunan dana Rp62 triliun. Total emiten yang melakukan IPO pada 2020 mencapai 51 unit dengan total penghimpunan dana hingga Rp 55,8 triliun. 

 

"Hari ini (9 Desember) ada satu lagi perusahaan tercatat, artinya sudah ada 51 (perusahaan yang telah melakukan IPO). Minggu depan ada tiga lagi yang tercatat. Artinya, total sudah tercatat sampai minggu depan ada 51 (emiten)," kata Nyoman.

 

Dalam 10 tahun terakhir, realisasi penghimpunan dana IPO tahun ini merupakan yang tertinggi. Sebelumnya, penghimpunan dana IPO tertinggi terjadi pada 2011 senilai Rp 19,6 triliun dari proses IPO sebanyak 25 emiten.  Sementara itu, jumlah IPO terbanyak terjadi pada 2018 atau sebanyak 57 emiten. 

 

Namun demikian, total dana segar yang dikumpulkan hanya mencapai Rp 15,7 triliun.  Realisasi tahun ini membuat bursa Indonesia memiliki peringkat penambahan perusahaan terbuka paling besar se-Asia Tenggara, yakni mencapai 40%. Pertumbuhan emiten di dalam negeri diikuti bursa Vietnam yang tumbuh 26% menjadi 404 emiten dibandingkan realisasi 2016 sebanyak 320 emiten.