EmitenNews.com - Jasa Marga (JSMR) telah mengeksekusi transaksi senilai Rp15,32 triliun. Itu dari divestasi 6,2 miliar saham Jasamarga Transjawa Tol (JTT) senilai Rp12,82 triliun. Lalu, penerbitan 1,2 miliar saham baru JTT sebesar Rp2,5 triliun.  

Pengalihan 6,2 miliar lembar alias 30,18 persen saham JTT milik perseroan kepada Marga Utama Nusantara (MUN), Metro Pacific Tollways Indonesia Services (MPTIS), dan Warrington Investment Pte Ltd (WIPL). MUN menyerap 921,30 juta saham JTT dari Jasa Marga. 

Lalu, MPTIS kebagian 3 miliar saham JTT milik Jasa Marga. Dan, Warrington Investment menyerok 2,27 miliar saham JTT milik Jasa Marga. Kemudian, MPTIS menyerap 1,2 miliar saham baru JTT senilai Rp2,5 triliun. 

Transaksi itu, membuat porsi kepemilikan saham perseroan pada JTT tersisa 65 persen. Mengalami perosotan sekitar 34 persen dari sebelum transaksi 99 persen. Divestasi saham 34 persen JTT itu, kombinasi divestasi saham lawas 30,18 persen, dan penerbitan saham baru JTT senilai Rp2,5 triliun, yang mendilusi kepemilikan saham perseroan di JTT 3,82 persen.

Selanjutnya, MUN mengemas 20,3 persen saham JTT, MPTIS menggenggam 10,46 persen saham JTT, dan WIPL tidak kurang dari 4,24 persen. Transaksi itu, klaim Jasa Marga untuk mendanai sejumlah proyek. Beberapa tahun mendatang, perseroan masih melanjutkan pembangunan 5 ruas jalan tol baru, dan dua ruas potensial tengah dijajaki. 

Dana segar itu, akan digunakan oleh perseroan untuk mengurangi porsi utang di level induk yang akan menjaga gearing ratio perseroan, dan membuka ruang untuk tambahan utang yang akan digunakan untuk membangun ruas-ruas baru. Lalu, dana dari penerbitan saham baru JTT Rp2,5 triliun, untuk buyback reksadana penyertaan terbatas (RDPT) Mandiri infrastruktur ekuitas transjawa (MIET), dan kontrak investasi kolektif dana infrastruktur (KIK Dinfra).

Buyback RDPT-MIET telah dilakukan pada 2023 senilai Rp1,8 triliun, dan KIK Dinfra akan tuntas pada 2024 dengan nilai total Rp0,7 triliun melalui bridging loan. Oleh karena itu, JTT butuh dana senilai Rp2,5 triliun dari equity financing untuk mengganti porsi utang yang digunakan mendanai buyback RDPT MIET, dan KIK-Dinfra. 

Setelah transaksi itu, rampung akan maken menguatkan struktur permodalan perseroan. ”Itu akan terefleksi dari solvency ratio yang akan makin membaik, dan meningkatkan kapasitas pendanaan untuk mempersiapkan pembangunan ruas-ruas baru yang telah direncanakan,” tegas Nixon Sitorus, Corporate Secretary & Chief Administration Officer Jasa Marga. (*)