EmitenNews.com - PT JSI Sinergi Mas (JSI) tengah meramu berbagai rencana bisnis strategis. Perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan, logistik, dan energi berkelanjutan ini akan membuka babak baru dalam ekspansi bisnis yang lebih luas dan berkelanjutan.

Direktur Utama sekaligus Founder JSI, Jamal Abdul Nasir mengungkapkan bahwa rencana-rencana yang disiapkan merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk masuk ke level tertinggi dunia usaha. "Dulu kami memulai JSI hanya bertiga, kini sudah memasuki tahun ke-12 dengan pertumbuhan yang konsisten," kata Jamal, dalam keterangannya yang dikutip Senin (29/9).

Jamal berkisah, JSI awalnya beroperasi sebagai operator logistik pelabuhan di Palaran sejak 2013. Kemudian, JSI juga punya entitas yang bergerak sebagai kontraktor tambang yakni PT Bersaudara Sinergi Sejahtera (BSS) dengan kontrak-kontrak besar seperti di Kutai Barat bersama Madani Citra Mandiri sebanyak 6 juta ton. BSS juga tengah melakukan due dilligence pengerjaan kontrak tambang emas untuk fase I sebanyak 150.000-200.000 T Ons.

Di sektor pelabuhan, JSI mengempit sebagian saham di PT Embalut Sinergi Mas Persada, PT Neon Sinergi Perkasa dan PT Palaran Sinergi Mas.

Tidak berhenti di sektor batu bara, JSI juga memperluas cakupan bisnis ke audit emisi melalui PT Nusa Energi Langgeng Persada (NELP) yang telah berjalan dua tahun, membantu industri mematuhi regulasi emisi dengan sistem Continuous Emissions Monitoring System (CEMS) yang terhubung langsung ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Dari beberapa entitas bisnisnya, JSI tengah fokus untuk ekspansi di sektor pasir silika melalui Izin Usaha Pertambangan (IUP) sendiri di Lingga, Kepulauan Riau, yang diharapkan segera memasuki fase produksi dalam waktu 2-3 bulan. Pasir silika ini ditargetkan untuk pasar ekspor seperti China, India, dan Korea Selatan, serta untuk mendukung pembangunan pabrik kaca dan panel surya di Indonesia.

“Silika bukan hanya untuk dijual mentah, tapi akan kami proses sendiri. Kami sudah pesan mesin dari China dan target commissioning dalam 9-10 bulan. Jika IUP sudah keluar, produksi penuh bisa mulai awal 2027. Ini jadi salah satu pondasi penting kami di industri hijau,” kata Jamal.

Seiring meningkatnya diversifikasi usaha, JSI mencatat lonjakan aset dari di bawah Rp100 miliar pada 2022 menjadi di atas Rp500 miliar pada 2025. Bahkan angka itu belum termasuk potensi dari sektor silika dan energi bersih.

Namun, Jamal menekankan bahwa untuk mengeksekusi rencana besar ini, perusahaan membutuhkan akses pendanaan yang kuat. “Kami sudah mencapai titik ini hanya dengan modal terbatas. Bayangkan apa yang bisa dicapai jika kami punya akses ke modal yang lebih besar melalui pasar modal,” ujar Jamal.

Secara keseluruhan, JSI menetapkan tiga pilar utama bisnisnya yakni pertambangan, logistik, dan green energy, termasuk audit emisi dan silika. Jamal menegaskan bahwa strategi perusahaan ke depan akan sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

“Batu bara mungkin tak lagi seksi, tapi tetap dibutuhkan. Maka kami menyiapkan masa depan dari sekarang melalui green energy, audit emisi, sampai solar panel. Kami ingin membangun legacy perusahaan yang proper, berkelanjutan,” tutup Jamal.

Perlu diketahu PT JSI Sinergi Mas, perusahaan holding pengembangan batu bara dan sumber mineral, sebelumnya mengumumkan pengambilalihan saham PT Leyand International Tbk. (LAPD). Akuisisi oleh JSI melibatkan 51% dari total modal yang disetor dan ditempatkan dalam Leyand International (LAPD) yang dimiliki Laymand Holdings Pte Ltd, PT Intiputera Bumitirta, Keraton Investment Ltd, Elvi Felicia, dan Leo Andyanto.

Dalam merealisasikan aksi itu, JSI telah mengambil alih 513.750.900 (513,75 juta) saham LAPD. Angka itu setara 12,95% persentase hak suara. “Tujuan transaksi sebagai tahapan akuisisi yang diatur dalam Perjanjian Jual Beli Bersyarat,” kata Direktur Utama JSI Sinergi Mas Jamal Abdul Nasir Bamadhaj, dalam keterangan resminya Selasa (23/9/2025).