EmitenNews.com - Jangan ada lagi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Dengan begitu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid berharap, pelaku usaha bisa menjalankan usahanya dengan lancar dan terakselerasi masuk ke perdagangan global. Selain pengetatan kebijakan moneter yang disebabkan oleh inflasi tinggi, tantangan investasi menjadi hambatan lainnya dalam langkah Indonesia masuk perdagangan global.


"Kami berharap ekonomi global segera membaik, sehingga tidak ada kenaikan suku bunga acuan BI lagi," kata Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid dalam video yang ditayangkan pada acara BNI Investor Daily Summit 2022 di Jakarta, Rabu (12/10/2022).


Seperti diketahui, sebagai bentuk mitigasi BI terhadap risiko peningkatan inflasi dan ekspektasi inflasi, pada September 2022, bank sentral menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen.


Dampak kenaikan suku bunga acuan tersebut akan berpotensi menaikkan suku bunga riil. Namun, secara umum Kadin memahami alasan BI dalam menaikkan suku bunga kebijakan, yaitu untuk mengendalikan ekspektasi inflasi.


Kendati begitu, Kadin perlu mengkaji dampak kebijakan tersebut kepada pelaku usaha dan industri dalam negeri yang masih rentan pascapandemi Covid-19.


Menurut Arsjad Rasjid, kenaikan suku bunga acuan BI, akan memicu gejolak di berbagai aspek. Khususnya akan memberikan efek domino terhadap pelaku usaha di sektor properti, transportasi, pariwisata, dan UMKM yang baru saja kembali pulih dari tekanan pandemi COVID-19.


Arsjad Rasjid melihat, kebijakan tersebut menjadi salah satu tantangan akselerasi Indonesia masuk ke perdagangan global, terutama di tengah situasi ketidakpastian global dan ancaman resesi seperti saat ini. ***