EmitenNews.com - Saratoga Investama Sedaya (SRTG) terus memupuk cash flow. Pada kuartal I-2024, perusahaan investasi arahan Edwin Soeryadjaya itu, sudah mencatat pendapatan dividen Rp114,08 miliar. Melejit 1.856 persen dari periode sama 2023, hanya mengantongi dividen Rp5,83 miliar. 

Laporan keuangan Saratoga kuartal I 2024 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia mengungkapkan, kinerja investasi Saratoga pada 3 bulan pertama 2024 ini membaik. Dalam laporan itu, Saratoga menyampaikan kerugian investasi di perusahaan blue chips turun menjadi Rp1,99 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp5,33 triliun.

Rugi investasi pada saham-saham blue chips tersebut terjadi sebagai akibat penurunan harga saham perusahaan yang menjadi portofolio Saratoga. Sejumlah perusahaan menjadi portofolio utama Saratoga yaitu Adaro Energi Indonesia (ADRO), Merdeka Copper Gold (MDKA), dan Mitra Pinasthika Mustika (MPMX). 

Saratoga juga berinvestasi di Tower Bersama Infrastruktur (TBIG) melalui Bersama Digital Infrastructure Asia Pte Ltd, kemudian saham Aneka Gas Industri (AGII), dan Nusa Cipta Raya (NRCA). 

Akibat penurunan nilai investasi di perusahaan portofolio, Saratoga menutup kuartal I-2024 dengan rugi berjalan Rp2,57 triliun, terpangkas signifikan dibanding edisi sama tahun lalu Rp4,39 triliun. Sebagai perusahaan investasi, sumber utama keuntungan Saratoga dari pendapatan dividen, divestasi portofolio, dan kenaikan nilai saham dari portofolio investasi.

Namun kenaikan nilai saham hanya dicatatkan dalam pos investasi di neraca, di mana selisihnya dicatat sebagai laba masih unrealized. Demikian sebaliknya, jika terjadi penurunan terhadap nilai saham, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian investasi. Dan, nilainya pun masih berupa unrealized. Faktor ini yang membuat kinerja perusahaan investasi seringkali mengalami fluktuasi. 

Berbeda halnya jika perusahaan melakukan divestasi atau penjualan terhadap portofolionya, sehingga keuntungan bisa masuk kas perusahaan. ”Kinerja Saratoga tidak hanya bisa dilihat dari aspek bottom line, laba atau rugi bersih. Karena fluktuasi harga saham portofolio akan mempengaruhi nilai investasi sehingga berdampak terhadap perhitungan laba. Jadi, harus dilihat cash flow, dan pertumbuhan asetnya, itu yang menjadi acuan menilai perusahaan investasi," tukas Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan, beberapa waktu lalu.

Itu sebabnya, dalam kondisi bottom line negatif, tahun ini Saratoga tetap berpotensi untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham. Pasalnya, perusahaan memiliki cashflow kuat dari penerimaan dividen, dan penjualan portofolio. Sepanjang 2023 Saratoga memiliki arus kas dividen, dan divestasi Rp3,9 triliun. Sukses itu membuktikan efektivitas strategi investasi Saratoga. 

Selain mendorong peningkatan dividen di tengah kondisi pasar dinamis, Saratoga juga berhasil melakukan divestasi, monetisasi terhadap portofolio sudah matang, dan menghasilkan return maksimal bagi perusahaan.

”Kami bersyukur pada 2023 Saratoga mampu mencapai rekor pendapatan dividen tertinggi dari perusahaan portofolio, sehingga menjadikan likuiditas perusahaan sangat kuat. Dengan dana kas itu, kami mempunyai kapasitas luas untuk melakukan berbagai inisiatif strategi investasi, baik di 2023 maupun pada tahun mendatang,” tegas Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan, melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin, 18 Maret 2024.

Pada 2023 Saratoga membagikan dividen sebesar Rp1 triliun atau Rp75 per saham. Nilai dividen itu, merupakan yang terbesar sejak perusahaan ini melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) edisi 2014 silam. Jumlah dividen itu, melerat 23 persen dari tahun sebelumnya Rp810 miliar alias setara Rp60 per saham. (*)