EmitenNews.com - PT Mahkota Group Tbk (MGRO) optimis target yang telah ditetapkan untuk tahun 2021 ini, bisa tercapai dan malah melebihi. Seperti terlihat pada Bulan September ini, Pendapatan telah mencapai Rp4,7 triliun dan diperkirakan hingga akhir tahun 2021 bisa mencapai Rp6,5 triliun sedangkan target Perseroan sendiri adalah 6 triliun. Untuk target volume total produksi sebesar 522.000 ton juga dapat tercapai dan besar kemungkinan dapat melebihi. 

 

“Pada total aset yang ditargetkan sebesar Rp2 triliun juga dipastikan akan tercapai dengan baik. Sedangkan di sisi target pencapaian laba bersih, Perseroan akan berusaha terus mengenjot kinerja yang terbaik pada sisa waktu sebelum akhir tahun 2021,” ungkap Usli Sarsi Direktur Utama MGRO.

 

Terkait dengan target produksi CPO MGRO di tahun 2021 mencapai 522.000 ton, tapi per kuartal III realisasinya baru 177.000 ton. Usli mengatakan, Strategi yang terus dilakukan Perseroan untuk meningkatkan produktivitas adalah melakukan efisiensi seperti contoh penggunaan empty bunch press yang diinvestasikan untuk pengolahan limbah dan hasilnya dapat digunakan untuk pembakaran di boiler. Selain dapat menurunkan cost, kinerja juga dapat ditingkatkan. Perseroan juga senantiasa menyinkronkan kebijakan pemerintah dalam hal hilirisasi untuk diaplikasikan dalam kegiatan operasional Perseroan. Jadi strategi ini penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja serta pencapaian target-target menjadi lebih baik.

 

Dengan kondisi cuaca La Lina dalam 2 tahun terakhir ini yang mengakibatkan curah hujan yang terlalu tinggi, memang cukup dirasakan sebagai kendala terutama oleh para pelaku usaha kelapa sawit karena mengakibatkan kekurangan bahan baku sehingga memicu terjadinya kompetisi harga yang berakibat pada penurunan laba bersih bahkan ada yang merugi. Dan efek tersebut berlangsung hingga sekarang. Pada Bulan Agustus ini produksi kelapa sawit di daerah operasional.

 

Perseroan memang menunjukkan peningkatan namun kemudian turun lagi akibat kondisi curah hujan tinggi saat ini sehingga membawa dampak buruk pada kualitas buah serta infrastruktur perkebunan. Walaupun demikian program hilirisasi Perseroan dapat menyeimbangi kondisi ini karena tingginya demand produk hilirisasi di luar negeri serta dapat bersaing dengan minyak nabati lainnya. 

 

Lebih lanjut Usli mengatakan, mandatory B30 dari Pemerintah yang dimulai secara bertahap sejak tahun 2008. Tentunya dapat meningkatkan value added bagi minyak sawit dan membuat lingkungan menjadi lebih baik. Saat ini Perseroan masih belum memproduksi biodiesel namun masih fokus pada produk refinery lainnya dengan tujuan ekspor yang ditargetkan akan mencapai 50% dari total penjualan di tahun mendatang. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku refinery mayoritas berasal dari hasil produksi CPO sendiri dan sisanya dari eksternal.

 

Sedangkan untuk beberapa rencana usaha seperti pengembangan hilirisasi, peningkatan refinery line-1, penambahan tangki timbun, investasi usaha biogas dan lain-lain. Perseroan sendiri sebenarnya sudah memulai pembangunan sejak tahun 2019 yakni dengan mendirikan pabrik Refinery serta pabrik KCP dan semua ini telah beroperasi secara penuh. Produk yang dihasilkan dari Refinery adalah RBDPO dan PFAD sedangkan pada produk dari KCP akan menghasilkan PKE dan PKO. 

 

Untuk pengembangan selanjutnya, dalam waktu dekat ini Perseroan akan melakukan peningkatan kapasitas produksi pada pabrik refinery kemudian berlanjut pada proses fraksinasi untuk menghasilkan produk stearin ataupun olien sebagai bahan baku pembuatan barang konsumsi lalu pengembangan pengolahan inti sawit serta penambahan beberapa barang pendukung produksi yang pada akhirnya akan menuju ke produk oleochemical. Guna mendukung pengembangan ini, investasi akan dilakukan Perseroan secara bertahap dengan perkiraan total dana investasi sebesar Rp600 miliar. Sesuai dengan harapan pemerintah, Negara kita dapat menjadi negara produsen barang jadi maka program hilirisasi sangat penting untuk dilakukan. Perseroan sangat mendukung pemerintah karena pada dasarnya dapat menambah nilai serta menaikkan pendapatan dan kinerja Perseroan.

 

Kenaikkan pendapatan dan laba bersih Perusahaan pada kuartal 3 tahun 2021 ditopang oleh faktor utama yaitu kontribusi peningkatan volume produksi RBDPO sebesar 476% dan PFAD sebesar 472% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya kemudian faktor kedua adalah kondisi naiknya harga dunia untuk produk minyak sawit serta turunannya yang berpengaruh pada kenaikkan harga jual produk dengan perbandingan sebesar 34% untuk CPO, 52% untuk PK, 39% untuk RBDPO dan 26% untuk PFAD dibanding dengan harga jual periode yang sama tahun sebelumnya.