EmitenNews.com - Pemerintah tiada henti mengajak petani memanfaatkan pupuk organik sebagai substitusi pupuk anorganik (kimia) bersubsidi. Pasalnya, unsur hara nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K), yang dibutuhkan tanaman, ada di sekitar kita, bisa diolah menjadi pupuk organik cair maupun padat. Dengan begitu, ke depan petani tidak lagi 'kecanduan' pupuk kimia.


"Kalau kita harapkan terus pupuk bersubsidi, bagai panggang jauh dari api. Uang pemerintah terbatas. Alokasinya tidak mungkin memenuhi kebutuhan semua petani. Kita bisa bikin pupuk NPK sendiri karena bahan bakunya ada di sekitar kita," kata Kepala BPPSDMP Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi dalam opening speech webinar Bertani on Cloud (BoC) bertajuk 'Cara Mudah Membuat Pupuk NPK Organik - Solusi Mahal dan Kelangkaan Pupuk´ belum lama ini.


Webinar BoC digelar oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Kementerian RI di Kalimantan Selatan (BBPP Binuang) selaku tuan rumah, yang dipusatkan di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Hadir Kepala BBPP Binuang, Yulia Asni Kurniawati dengan host Aman N Kahfi dan narasumber Budiono, keduanya merupakan Widyaiswara BBPP Binuang.


Dalam keterangannya yang dikutip Senin (18/4/2022), Dedi Nursyamsi mengelaborasi tentang sumber nitrogen dan fosfor tersedia di lahan pertanian dan peternakan, dengan memanfaatkan pupuk kandang dari kotoran sapi, domba dan kerbau, karena tinggi kadar N dan P-nya. Sumber nitrogen lain adalah sisa hasil panen tanaman famili leguminose seperti lamtoro, kedelai dan koro pedang sebagai bahan baku pupuk urea organik.


"Bagaimana unsur hara kalium? Jerami sisa panen padi, kadar K-nya sampai 0,2 persen. Kalau hasil panen padi enam ton per hektare, bobot jeraminya sama, hasilnya minimal 50 kg KCL per hektar, cukup untuk satu hektar sawah per musim, nggak perlu pupuk kimia KCL," kata Dedi Nursyamsi,


Menurutnya, kotoran unggas seperti ayam, kadar kaliumnya juga tinggi, tanaman hortikultura kalau dikasih pupuk dari kotoran unggas akan tumbuh subur tak ubahnya pemupukan dengan pupuk kimia KCL. "Kelapa sawit menyimpan potensi unsur kalium di tandan kosongnya, jangan dibuang. Kalau dibuang, sama dengan bakar duit. Mari kita bikin sendiri pupuk organik. Kalau kita terbiasa, pabrik pupuk tak perlu impor batuan fosfat dari Maroko dan Tunisia untuk bahan bakunya."


Ajakan tersebut sejalan harapan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo agar petani memanfaatkan pupuk organik, selain baik untuk pertanian, juga menghemat biaya produksi sehingga kesejahteraan petani meningkat. Hasil pertanian non pestisida itu, kata dia, kualitasnya lebih bagus dan pasarnya bisa lebih besar. Pupuk organik itu makin menguntungkan ke depan. Seharusnya petani memang bisa memproduksi pupuk sendiri.


Bahan Baku Impor

Hampir setengah jam pada webinar BoC tersebut, Dedi Nursyamsi, ahli pupuk bergelar profesor riset dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan (Balitbangtan) mengelaborasi tentang fungsi dan sejarah pupuk di Indonesia, bahan baku pupuk, pemupukan berimbang dan sumber pupuk organik di sekitar kita. Kementan, menurutnya, berulangkali mengingatkan petani dan penyuluh untuk tidak kecanduan pupuk kimia (anorganik) lantaran bahan baku harus impor dan harga melambung terdampak pandemi dan perubahan iklim.


"Saya sudah sering ingatkan saudara-saudaraku, bahan baku pupuk kimia masih impor. Dampak pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, suplai turun tapi demand relatif tetap. Bisa dibayangkan akibatnya, harga bahan baku melejit, itu yang terjadi saat ini," katanya.


Dia menambahkan, bahan baku pupuk kimia SP36 dari batuan fosfat, Indonesia impor dari Maroko, Tunisia dan sejumlah negara di Timur Tengah. Bahan baku KCL (kalium klorida) diimpor dari Kanada, Rusia dan Jerman. “Bahan baku untuk pupuk SP36  impor dari Maroko, Tunisia karena kadar batuan fosfatnya di atas 30 persen, luar biasa, bahkan ada sampai 32 persen kadar P2O5-nya. Harga batuan fosfat impor naik dua kali lipat bahkan lima kali lipat."


Dedi Nursyamsi menambahkan Indonesia memiliki deposit batuan fosfat tapi kadar P2O5 maksimal 12 persen, sementara dari Maroko dan Tunisia sampai 32 persen. Begitu pula dengan KCL, di Indonesia depositnya minim juga kadarnya rendah, karena itu terpaksa impor dari Kanada, Rusia dan Jerman.


Bahan baku pupuk NPK juga impor, karena ada unsur fosfor dan kalium, cadangan batuan mineral tersebut tidak dimiliki Indonesia. Harganya juga melejit padahal April dan Mei 2022 merupakan puncak panen raya. Indonesia swasembada bahan baku pupuk hanya untuk pupuk urea, bahan bakunya gas nitrogen, yang diproduksi pabrik pupuk Sriwijaya [Pusri] di Palembang dan Iskandar Muda di Aceh.


Di tempat terpisah, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia [Persero], Bakir Pasaman mengatakan, langkah China stop ekspor fosfat berpengaruh besar terhadap situasi harga bahan baku secara internasional. Selain fosfat, bahan baku lainnya seperti KCL juga melambung tinggi. Persoalan lain, kenaikan harga gas di Eropa yang memicu harga pupuk di pasar internasional terganggu. Memang ada kenaikan harga bahan baku. ***