EmitenNews.com - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) secara bersama-sama memastikan ketersediaan beras yang ada di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). PIBC yang merupakan barometer pasar beras nasional memegang peran cukup penting dalam kaitannya pergerakan harga beras di tingkat konsumen.

"Hari ini saya bersama Bapak Sekjen Kemdagri, ada Bapak Kepala BP BUMD Jakarta, Kemenko Pangan, Satgas Pangan Polri dan lainnya, Kita semua cek fisik berapa dan bagaimana stoknya," ungkap Kepala NFA Arief Prasetyo Adi, Kamis (5/6/2025) di PIBC, Jakarta.

Berdasarkan hasil pantauan pada periode 25 Mei sampai 1 Juni 2025, rata-rata stok beras di PIBC sebesar 49.960 ton. “Dengan rerata stok beras pada beberapa hari terakhir, tentu kita bisa melihat bahwa stok beras di PIBC di atas 45 ribu ton. Hari ini kita masih menunggu re-stock taking yang ada di PIBC, kita mau secara real tahu persis kondisi stok beras di PIBC,” tambahmya.

Dengan begitu, kondisi stok beras PIBC masih memadai untuk pasar tingkat grosir dan berada di level yang cukup aman. Adapun level minimal stok di PIBC yang harus dijaga berada di angka 30 ribu ton.

"Kami berkunjung ke sini tentunya telah berkomunikasi dengan Bapak Menko Pangan, Bapak Mentan juga. Jadi kalau kita sudah identifikasi, kemudian action selanjutnya apa. Butuh intervensi pemerintah atau langkah lainnya," kata Arief.

“Intervensi Pemerintah seperti penyaluran SPHP baru diperlukan jika memang pasokan terbatas dan atau harga merangkak naik dalam 10 hari di atas HET. Biasanya Gubernur DKI akan bersurat ke Pemerintah Pusat bila memang diperlukan tambahan pasokan ke PIBC,” tambah Arief.

"Alhamdulillah kondisi inflasi hari ini, Indonesia itu salah satu yang paling baik di 1,6 persen, itu salah satu inflasi yang terbaik. Inflasi pangan pun sampai hari ini kondisinya juga masih terkendali," sebut Arief.

Dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, perkembangan inflasi pangan secara tahunan di Mei 2025 masih cukup baik di 1,60 persen. Sementara dibandingkan terhadap Mei 2024, jauh lebih rendah karena saat itu berada di 8,14 persen.

"Apalagi kita lagi senang karena forecast produksi beras Januari sampai Juli 2025 naik sampai 2,83 juta ton kalau dibandingkan 2024. Logikanya kalau stok beras banyak, produksi tinggi, harga memang tidak boleh naik," ucap Kepala NFA Arief Prasetyo Adi.

Menukil data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, produksi beras Januari hingga Juli tahun ini diproyeksikan dapat mencapai 21,76 juta ton. Ini menandakan adanya kenaikan 14,95 persen terhadap Januari-Juli 2024 dan naik 3,1 persen dibandingkan Januari-Juli 2023.(*)