“Portofolio menara dan fiber kami tersebar merata di seluruh Indonesia. Sebanyak 22.237 menara atau 58% dari total, ada di luar pulau Jawa. Kami meyakini bahwa industri ini masih memiliki ruang pertumbuhan, yang didorong oleh kebutuhan operator telekomunikasi untuk berekspansi,” kata Teddy saat Earnings Call Mitratel FY 2023 tanggal 13 Maret 2024 yang lalu.

Pasar menilai bahwa strategi ini akan berpotensi untuk tercapai, mengingat belanja modal (capex) telah disiapkan Mitratel. “Kami akan terus mengintip peluang untuk ekspansi bisnis secara inorganik apabila ada peluang akuisisi yang menarik dan fit dengan strategi Perseroan, termasuk adanya potensi pelepasan aset dari operator telko. Dalam melakukan setiap kegiatan akuisisi, Mitratel selalu mengedepankan aspek governance termasuk dalam hal compliance, dan memastikan terciptanya value creation dari transaksi akuisisi tersebut,” kata Teddy.

Pada akhir 2023, Mitrael memiliki 38.014 menara di Indonesia usai membangun 682 menara baru dan menambah hampir 2.000 menara lewat akuisisi, termasuk pembelian aset menara milik Indosat Ooredoo (Q1-2023) dan menara PT Gametraco Tunggal/Gametraco (Q4-2023). 

Mitratel juga memiliki fiber optik yang bertambah 15.880 km hingga total panjang mencapai 32.521 km, naik 95,4%, usai total akuisisi sepanjang 7.000 km.

Analis BRIDS Niko Margaronis pun menyematkan ‘overweight’ untuk sektor menara telko atau potensi naik dibanding sektor lain, dengan rekomendasi beli yakni saham MTEL, dengan target harga Rp 960/saham.

Sementara itu, analis sekuritas lain, Jonghoon Won dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memberikan target harga Rp 940/saham untuk MTEL, dengan menggunakan metode arus kas terdiskon (discounted cash flow/DCF)