EmitenNews.com - PT Astra International Tbk (IDX: ASII) telah menyerap dana belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 12,3 triliun pada semester I 2024. Capex ini merupakan bagian dari total anggaran sebesar Rp 37 triliun yang telah disesuaikan untuk tahun 2024.

Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro, dalam paparan publik di Jakarta pada Kamis (08/8), menjelaskan bahwa sebagian besar dari capex tersebut dialokasikan untuk bisnis alat berat dan pertambangan melalui anak usaha PT United Tractors Tbk (IDX: UNTR), dengan persentase mencapai 65% hingga 70%. Sisa capex digunakan untuk bisnis perkebunan dan operasi penjualan.

Djony juga mengungkapkan, ke depan investasi Astra akan difokuskan pada dua hal utama. Pertama, investasi untuk meningkatkan kinerja dan optimalisasi bisnis inti, yang terdiri dari tujuh lini dengan kontribusi bervariasi. Astra berencana mengoptimalkan lini bisnis ini, baik di bisnis inti maupun di bisnis yang berdekatan, untuk memperluas cakupan bisnis.

Astra diketahui telah memperluas cakupan bisnis intinya dengan berinvestasi pada bank digital, Bank Saqu, dan platform jual beli mobil bekas, OLX.

"Kami fokus pada optimalisasi bisnis inti serta memperluas cakupan bisnis inti," jelas Djony.

Kedua, Astra akan menyelaraskan sektor potensial yang ingin dimasuki dengan arah pertumbuhan ekonomi Indonesia, sembari tetap memperhatikan kesesuaian strategis dari sektor-sektor tersebut. Sektor yang menjadi bidikan Astra saat ini meliputi layanan kesehatan, infrastruktur, dan pertambangan non-batubara.

Dalam sektor layanan kesehatan, Astra telah berinvestasi pada aplikasi kesehatan Halodoc sejak 2-3 tahun lalu. Meskipun masih tergolong baru, Astra optimistis menjadikannya sebagai proyek jangka panjang.

Namun, pada semester I 2024, Astra mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih. Laporan keuangan menunjukkan laba bersih sebesar Rp 15,85 triliun, turun 9,12% year on year (yoy) dari Rp 17,44 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan laba bersih ini seiring dengan penurunan pendapatan sebesar 1,49% menjadi Rp 159,96 triliun.

Pendapatan terbesar Astra berasal dari segmen otomotif sebesar Rp 65 triliun, disusul oleh segmen alat berat dan pertambangan Rp 64,51 triliun, jasa keuangan Rp 15,91 triliun, dan agribisnis Rp 10,31 triliun. Segmen infrastruktur, teknologi informasi, dan properti masing-masing menyumbang Rp 4,05 triliun, Rp 1,28 triliun, dan Rp 520 miliar, dengan biaya eliminasi sebesar Rp 1,64 triliun.

Hingga akhir Juni 2024, beban pokok Astra tercatat turun 1,10% yoy menjadi Rp 124,36 triliun, menghasilkan laba bruto sebesar Rp 35,6 triliun, turun 2,81% yoy.

Total aset Astra pada 30 Juni 2024 mencapai Rp 466,01 triliun, naik dari Rp 445,67 triliun pada akhir Desember 2023. Liabilitas tercatat sebesar Rp 211,83 triliun, naik dari Rp 195,26 triliun pada akhir 2023. Sementara itu, ekuitas naik menjadi Rp 254,18 triliun dari Rp 250,41 triliun di akhir 2023.

Di sisi lain, Astra memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 53,11 triliun pada akhir Juni 2024, naik dari Rp 51,86 triliun pada periode yang sama tahun lalu.