Kondisi Pasar Dianggap Kurang Oke, Pemerintah Pastikan Tak IPO BUMN di 2024
EmitenNews.com -Dari sekian banyak calon emiten yang sudah masuk kedalam pipeline BEI atau pun OJK, namun dari jumlah antrian perusahaan yang bakal melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) tidak ada satupun dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo.
Disampaikannya, tidak ada perusahaan pelat merah yang akan IPO pada 2024. "Sementara belum. Kami lagi lihat market tergantung appetite, seperti Pertamina Hulu Energi (PHE) kemarin ternyata minatnya kurang," ujar Kartika atau akrab disapa Tiko di Jakarta, kemarin.
Kementerian BUMN, lanjutnya, menahan rencana IPO PalmCo pada 2024 lantaran kondisi pasar yang dinilai kurang menarik. Kemungkinan PalmCo akan melantai di Bursa jika kondisi pasar memungkinkan.
"Tadinya kami mau dorong PalmCo, namun kami melihat marketnya seperti apa. Kalau pasarnya oke, kami mungkin dorong tetapi [ternyata] pasarnya kurang. Kami lihat timing juga, tahun depan mungkin PalmCo tetapi setelah pasar bagus," ujar Tiko.
Sebelumnya, Tiko mengatakan saat ini pihaknya belum memiliki fokus untuk membawa PalmCo ke lantai bursa. Alasannya, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan agar perusahaan memiliki valuasi yang tinggi. Dia menjelaskan salah satu pekerjaan rumah yang perlu ditempuh saat ini adalah replanting atau penanaman kembali pohon sawit. Hal ini disebabkan sejumlah lahan milik PTPN Grup dalam kondisi yang kurang terawat.
Dengan upaya tersebut, dia berharap produktivitas dari PalmCo dapat meningkat dan menyentuh benchmark produksi industri sawit yakni 20 ton per hektar. Adapun saat ini, kata Tiko, sejumlah lahan sawit milik PTPN masih memiliki produktivitas yang beragam. “Kalau mau IPO, semuanya harus produktif dulu supaya nanti secara valuasi tinggi. Jika masih belang-belang, kalau IPO valuasinya tidak optimal. Jadi lebih baik di fase awal cari strategic partner dulu sampai produktivitasnya merata, baru IPO,” tuturnya.
Di sisi lain, Tiko menyatakan PalmCo dalam jangka waktu 2 – 3 tahun ke depan berpeluang besar menjadi salah satu perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan. Dia memproyeksikan subholding tersebut akan memiliki lahan sawit seluas 600.000 hektare. Menurutnya, kepemilikan lahan tersebut akan membuat nama PalmCo bersanding dengan Sime Darby, perusahaan kelapa sawit raksasa asal Malaysia.
Sime Darby diketahui memiliki luas lahan 266.488 ha dan area tertanam 193.758 ha. Sebagai informasi, pada awal Desember 2023, Kementerian BUMN i telah menggabungkan 13 perusahaan di bawah holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjadi dua subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo. PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai entitas bertahan dan pemisahan tidak murni PTPN III ke PTPN IV. Sementara itu, pembentukan SupportingCo ditempuh melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I.
Related News
Indonesia, Tantangan Pemberantasan Korupsi Butuh Komitmen Pemerintah
Dari CEO Forum Inggris, Presiden Raih Komitmen Investasi USD8,5 Miliar
Menteri LH Ungkap Indonesia Mulai Perdagangan Karbon Awal 2025
Polda Dalami Kasus Kabag Ops Tembak Kasat Reskrim Polres Solok Selatan
Ini Peran PTPP Dalam Percepatan Penyelesaian Jalan Tol Jelang Nataru
Keren Ini! Rencana Menaker, Gelar Bursa Kerja Setiap Pekan