EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,71 persen menjadi 7.537. Indeks rebound dari koreksi sehari sebelumnya antara lain didorong faktor positif pada batas waktu ditentukan akhirnya Indonesia mendapatkan tarif ekspor ke Amerika Serikat (AS) lebih rendah dari sebelumnya.

Relatif lebih rendah dari negara-negara lain yang belum mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Selama pekan lalu, indeks ditutup melemah 0,08 persen. Data inflasi Juli 2025 tercatat 2,37 persen YoY, naik dari edisi Juni 2025 di level 1,87 persen YoY, dan di atas estimasi 2,24 persen. 

Itu merupakan inflasi tertinggi sejak Juni 2024, terutama didorong kenaikan harga makanan naik sebesar 3,75 persen YoY. Meski demikian, laju inflasi masih dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5-3,5 persen. Sementara itu, surplus neraca perdagangan Indonesia Juni 2025 tercatat USD4,11 miliar.

Sedikit lebih rendah dari Mei 2025 di level USD4,3 miliar, namun masih jauh di atas perkiraan USD3,55 miliar. Secara teknikal, indicator MACD berpotensi membentuk death cross dengan histogram positif menurun. Indikator stochastic masih bergerak di area pivot. Tekanan jual berkurang dibanding perdagangan selama dua hari sebelumnya. 

Dengan demikian, diperkirakan indeks akan cenderung konsolidasi pada kisaran 7.470-7.680 selama pekan depan. Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan investor mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Japfa (JPFA), Harum Energy (HRUM), Indosat (ISAT), TBS Energi (TOBA), dan Kalbe (KLBF). (*)