EmitenNews.com - Indeks bursa Wall Street akhir pekan lalu ditutup melemah. Itu menyusul data tenaga kerja di bawah estimasi. Data nonfarm payrolls Agustus 2025 tercatat 22 ribu, jauh lebih rendah dari estimasi 75 ribu. Tingkat pengangguran naik di level 4,3 persen sesuai perkiraan.

Meski data tenaga kerja itu, makin meningkatkan potensi penurunan suku bunga The Fed bulan ini, namun juga menimbulkan kekhawatiran potensi perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS). Yield obligasi AS 10 tahun turun 8 basis points (bps) ke level 4,091 persen, level terendah sejak 7 April 2025. 

Harga emas spot naik 1,4 persen menjadi USD3,596/troy oz, berlanjut mencapai rekor tertinggi baru. Pekan ini, investor akan mencermati data inflasi CPI, dan PPI AS. Euro Central Bank (ECB) diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga tetap, dan merilis proyeksi makro ekonomi. 

Investor Jerman, Perancis, dan Inggris menanti rilis data industrial production. Sedang pemodal Tiongkok menunggu rilis data inflasi, dan ada potensi pengumuman kebijakan ekonomi. Investor domestik, masih akan mencermati perkembangan kondisi keamanan, dan politik dalam negeri. 

Selain itu, juga akan ada rilis cadangan devisa, penjualan otomotif, consumer confidence, dan retail sales. Kendati akhir pekan lalu indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah akibat profit taking menjelang long weekend, indeks masih berada di atas level MA20 sekitar level 7.827. 

Stochastic RSI juga menunjukkan reversal, namun histogram MACD masih negatif. So, indeks diperkirakan bergerak konsolidasi pada kisaran 7.800-7.950. Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi saham BBCA, BBTN, ENRG, SIMP, CPIN, dan SIDO. (*)