EmitenNews.com - Korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru, Sabtu (4/12/2021), pukul 15.25 WIB, kembali bertambah. Hingga Selasa (7/12/2021) siang, jumlah korban meninggal terdampak awan panas guguran (APG) gunung yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur itu, menjadi 34 orang. Mengingat masih adanya ancaman awan panas guguran, warga diminta menjauhi daerah rawan.


Kepada wartawan di Posko Lapangan Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Selasa, Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Surabaya I Wayan Suyatna, jumlah korban meninggal sebanyak 34 orang, dan 16 orang lagi masih dalam pencarian. 


Sejauh ini, ada empat tim evakuasi yang melakukan operasi pencarian terhadap korban terdampak awan panas guguran di beberapa titik. Antara lain di Curah Kobokan, Kampung Renteng, dan lokasi penambangan pasir.


Tim evakuasi paling banyak menemukan jenazah korban di dua lokasi, yakni Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, dan Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh. Jenazah korban lebih banyak ditemukan tertimbun material abu vulkanik dan awan panas guguran, namun ada juga yang ditemukan dalam reruntuhan rumah.


"Cuaca cukup cerah dalam melakukan evakuasi korban awan panas guguran Semeru. Kendala tim operasi selama ini yakni faktor cuaca, seperti angin kencang dan hujan deras, serta aktivitas Semeru seperti awan panas guguran dan abu vulkanik," tuturnya.


Aktivitas Gunung Semeru yang masih berpotensi meluncurkan awan panas guguran juga menjadi pertimbangan tim operasi dalam melakukan evakuasi korban. Wayan Suyatna memastikan, pihaknya tetap mengutamakan keselamatan tim evakuasi dalam melakukan pencarian korban. Apabila cuaca buruk, tim akan mencari tempat aman terlebih dulu sebelum melanjutkan evakuasi korban.


Sementara itu jenazah korban yang ditemukan tim evakuasi dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haryoto dan RSUD Bhayangkara Lumajang untuk penanganan selanjutnya.


Berdasarkan data Basarnas Surabaya, jumlah korban yang mengalami luka berat 26 orang dan luka ringan 82 orang yang sudah menjalani perawatan di Puskesmas dan rumah sakit setempat.


Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Andiani juga meminta masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di daerah aliran sungai Mujur di Curah Kobokan dan daerah aliran sungai lain yang berhulu di Gunung Semeru untuk menghindari bahaya banjir lahar dingin.


"Potensi banjir lahar dingin masih ada karena kami melihat di bagian hulu atau puncak gunung masih banyak material-material hasil erupsi gunung api," katanya.


Menurut Andiani, volume material di puncak gunung masih banyak apalagi dengan kondisi curah hujan yang meningkat 1-2 bulan ke depan bisa menyebabkan potensi banjir lahar dingin. BMKG menyatakan curah hujan masih 1-2 bulan ke depan tentunya potensi lahar ini juga masih tinggi untuk mengancam di sekitar Semeru, utamanya, bukaan kawah yang mengarah ke bagian selatan dan tenggara. ***