EmitenNews.com - Adhi Karya (ADHI) sampai 30 September 2024 membukukan pendapatan proyek Non-JO Rp9,1 triliun. Itu dikontribusi proyek infrastruktur seperti Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo, Jalan Tol Yogyakarta-Bawen, dan beberapa proyek lainnya. 

Nah, kalau ditambah dengan pendapatan JO, total pendapatan JO dan NJO kuartal III 2024 senilai Rp17 triliun, menanjak 13 persen secara year on year dari edisi sama tahun lalu Rp15 triliun. Menurut peraturan akuntansi, perseroan tidak dapat mencatat pendapatan dari proyek JO secara langsung dalam laporan keuangan, melainkan hanya dapat mencatat bagian dari laba ventura bersama. 

Pos laba ventura bersama tumbuh 2 kali lipat menjadi Rp568,73 miliar dibanding edisi sama tahun lalu Rp277,6 miliar. Itu dikontribusi proyek pembangunan rumah susun Polri, dan BIN IKN - Penajam Paser, MRT Jakarta Fase II, dan beberapa proyek lainnya. 

Oleh sebab itu, dari sisi bottom line, Adhi Karya mencetak laba sampai September 2024 sebesar Rp69,3 miliar, tumbuh 3 kali dari laba bersih periode sama tahun 2023 sebesar Rp23,5 miliar. Lonjakan laba bersih itu, mencerminkan kinerja solid, sekaligus menegaskan komitmen perusahaan untuk terus fokus pada pertumbuhan berkelanjutan di masa depan.  

Total aset Adhi Karya sampai kuartal III 2024 mencapai Rp34,6 triliun. Adhi telah menurunkan utang usaha  23 persen, dan utang bank & obligasi 23 persen. So, liabilitas Kuartal III 2024 tercatat Rp25,3 triliun atau turun 19 persen dari Desember 2023 Rp31,3 triliun. Itu menunjukkan komitmen Adhi untuk memenuhi kewajiban. 

Ekuitas Adhi pada kuartal III 2024 sebesar Rp9,3 triliun. Sedang dari sisi net cash flow provided by operating activities Adhi mampu membukukan nilai positif Rp888,2 miliar. Hasil itu, dikontribusi dari pembayaran termin proyek garapan perseroan. Pembayaran itu, diharap meningkatkan likuiditas Adhi untuk mendukung percepatan penyelesaian proyek. 

Dengan demikian, solvabilitas menunjukkan perbaikan. Rasio DER total dari tahun sebelumnya 3.39x menjadi 2.72x, rasio DER Interest Bearing Debt Adhi turut menunjukkan perbaikan dari 1.33x pada tahun sebelumnya menjadi 1.00x. Rasio solvabilitas merupakan tolok ukur kemampuan suatu usaha dalam melunasi utang atau pinjaman dalam jangka waktu tertentu. Itu menunjukkan kondisi postur kinerja Adhi makin sehat. 

Sampai September 2024, Adhi telah memperoleh kontrak baru Rp14,2 triliun. Itu didapat dari pekerjaan proyek gedung 46 persen, Sumber Daya Air 30 persen, sisanya jalan & jembatan, properti, manufaktur, dan EPC 24 persen. Kalau diurai dari sumber pendanaan, pemerintah 54 persen, loan 9 persen, BUMN/D 19 persen, dan swasta 18 persen. 

Ditinjau dari lini bisnis, perolehan kontrak masih didominasi 90 persen dari lini Engineering & Konstruksi, 4 persen property & hospitality, 4 persen lini Manufaktur, dan investasi & konsesi 2 persen. 

Guna mencapai target kinerja tahun ini, Adhi menerapkan prinsip operational excellence untuk memaksimalkan produktivitas pada proyek-proyek sedang dikerjakan. Selain itu, Adhi Karya bersikap lebih selektif, dan cermat dalam pemilihan setiap proyek baru.

Itu dilakukan dengan memperhatikan skema pembayaran secara baik, dan juga melakukan monitoring piutang proyek khususnya proyek-proyek besar untuk menjaga kas operasi tetap positif. (*)