EmitenNews.com -Selama sembilan bulan pertama tahun ini, PT Argo Pantes Tbk (ARGO) menderita rugi bersih Rp25,01 miliar, sehingga per 30 September 2023 jumlah defisit emiten milik konglomerat The Ning King ini tercatat Rp2,91 triliun.

 

Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Kamis (16/11), jumlah pendapatan ARGO untuk periode Januari-September 2023 sebesar Rp76,79 miliar atau meningkat 15,09 persen dibanding periode yang sama di 2022 senilai Rp66,72 miliar.

 

Di tengah peningkatan pendapatan tersebut, emiten lawas yang sahamnya dicatatkan di BEI pada awal Januari 1991 ini tercatat mampu menekan beban pokok pendapatan sebesar 3,93 persen (y-o-y) menjadi Rp65 miliar.

 

Sehingga per 30 September 2023, ARGO bisa membukukan laba bruto sebesar Rp11,79 miliar atau berbanding terbalik dengan per 30 September 2022 yang mencatatkan rugi bruto senilai Rp940,96 juta.

 

Per Kuartal III-2023, emiten yang dikendalikan oleh The Ning King dan PT Dharma Manunggal ini mencatatkan rugi sebelum pajak penghasilan sebesar Rp25,99 miliar atau menyusut 13,85 persen dibanding per Kuartal III-2022 yang menderita rugi sebelum pajak mencapai Rp30,17 miliar.

 

Dengan adanya manfaat pajak penghasilan (neto) pada Kuartal III-2023 yang sebesar Rp979,58 juta, maka rugi bersih tahun berjalan yang dicatatkan ARGO menurun 17,1 persen menjadi Rp25,01 miliar dari rugi bersih per Kuartal III-2022 yang sebesar Rp30,17 miliar.

 

Kinerja  income statement  yang masih mencatatkan  bottom line  negatif tersebut membuat defisit ARGO per 30 September 2023 meningkat 1,04 persen menjadi Rp2,91 triliun dari Rp2,88 triliun pada 31 Desember 2022.

 

Namun demikian, hingga akhir Kuartal III-2023, ARGO bisa membukukan ekuitas positif Rp140,8 miliar. Padahal per akhir Desember 2022 perseroan masih mencatatkan defisiensi modal atau ekuitas negatif sebesar Rp1,38 triliun.

 

Mengacu pada neraca ARGO, ekuitas positif tersebut terutama disebabkan oleh adanya peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan menjadi Rp1,59 triliun atau jauh lebih besar dibandingkan dengan per 31 Desember 2022 yang hanya senilai Rp167,78 miliar.