EmitenNews.com - PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) membukukan laba bersih untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2021 menjadi Rp178,74 miliar naik 179% dari periode sama tahun sebelumnya Rp64,02 miliar. Sehingga menghasilkan ekspansi marjin bersih sebesar 27,37%.

 

Merujuk data laporan keungan emiten sawit itu pada laman BEI, Jumat (11/11/2021) tertera, perseroan mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 44,7% dari Rp451,24 miliar di 9M20 menjadi Rp653,04 miliar di 9M21. Seiring dengan peningkatan penjualan tersebut, Perseroan mencatatkan pertumbuhan laba sebelum pajak sebesar Rp152,46 miliar atau 190,9% dari Rp79,86 miliar di tahun 9M20 menjadi Rp232,32 miliar.

 

Salah satu penopang tingginya pendapatan adalah tren positif penjualan 9M21 ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga jual rata-rata, sejalan dengan terus meningkatnya harga jual komoditas kelapa sawit. serta terkait dengan pulihnya harga jual komoditas kelapa sawit. Harga jual rata-rata CPO selama periode 9M21 sebesar Rp10.658/kg dan harga jual TBS sebesar Rp2.290/kg, sedangkan PK sebesar Rp6.916/kg.

 

Laba Kotor pada 9M21 tercatat menguat 86,0% menjadi Rp371,93 miliar dari Rp199,91 miliar di 9M20. Margin Kotor menguat menjadi 56,95% di 9M21 dari 44,3%. Efisiensi yang konsisten terjaga membuat Laba Operasional 9M21 juga meningkat 137,3% menjadi Rp282,81 miliar, dengan kenaikan margin operasional menjadi 43,31%.

 

Posisi aset CSRA berada di Rp 1,63 triliun, lebih tinggi dari posisi 31 Desember 2020 di Rp1,40 triliun. Sementara itu, total liabilitas perusahaan di 9M21 sebesar Rp876,19 miliar dibandingkan dengan Rp826,29 miliar pada akhir tahun 2020.

 

Current ratio 9M21 berada pada posisi jauh lebih sehat di level 2,75x dengan Net Gearing Ratio yang lebih aman pada level 1,17x.

 

Emiten yang baru saja merayakan hari jadinya yang ke-38 pada tanggal 28 Oktober 2021 ini, meyakini bisnis keberlanjutan tidak hanya dilihat dari kinerja keuangan saja, namun juga upaya-upaya pengelolaan aspek lingkungan dan sosial serta penerapan GCG di seluruh kegiatan operasional. Secara jangka panjang, tren pertumbuhan produksi akan tetap positif karena profil usia perkebunan yang tergolong ideal, mayoritas berada pada usia produksi prima yaitu di bawah 18 tahun. 



Total liabilitas 9M21 ditutup sebesar Rp876,19 miliar, meningkat 6,0% dibandingkan akhir tahun 2020 dikarenakan adanya peningkatan utang berbunga jangka panjang. Per posisi akhir 9M21, utang perbankan jangka panjang tercatat sebesar Rp604,79 miliar atau meningkat 34.9% dibandingkan posisi per akhir tahun 2021 pasca cairnya fasilitas perbankan baru. Di sisi lain, liabilitas jangka pendek, justru menurun sebesar 43.8% pasca pembayaran hutang perbankan jangka panjang yang telah jatuh tempo.

 

Hal ini terkait dengan penerimaan fasilitas kredit dari Bank Mandiri senilai Rp345 miliar yang digunakan untuk tujuan pembiayaan kembali (refinancing) atas pinjaman terutang. Perseroan sangat diuntungkan dengan fasilitas kredit ini karena memiliki bunga yang lebih rendah serta jangka waktu pelunasan yang lebih panjang dari Fasilitas Kredit Bank sebelumnya sehingga memiliki keleluasaan modal kerja dalam menjalankan kegiatan usahanya. Hal ini juga akan menjaga cash flow perusahaan yang jauh lebih sehat.