Lindungi Industri Baja, Pemerintah Harus Cermati Saran Ini
ilustrasi logo Indef/Istimewa
EmitenNews.com - Uni Eropa (UE) menerapkan kebijakan mekanisme penyesuaian perbatasan karbon alias Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM). Kondisi tersebut bisa berdampak besar terhadap industri baja nasional.
Oleh karena itu, pemerintah harus memberi dukungan kuat kepada industri baja di Indonesia, termasuk melalui regulasi tepat. "Ya, kunciny dukungan Pemerintah. Karena teknologi energi bersih kan mahal. Begitu pula dengan regulasi, pemerintah harus mempermudah," tegas Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad.
Untuk itu, meski ekspor produk baja Indonesia ke UE relatif kecil dibanding total ekspor nasional, namun industri baja nasional juga menghadapi tekanan serius. Sebab, jalur produksi berbasis batu bara yang digunakan sekarang signifikan meningkatkan emisi.
Baja dalam negeri yang diekspor ke Tiongkok dan kemudian diolah untuk dijual ke UE misalnya, pasti meninggalkan jejak karbon. "Ini tantangan sekaligus tekanan dari UE. Dan itu tidak hanya terjadi di baja dan sawit, tetapi hampir semua komoditas," katanya. (*)
Related News
Mobil Baru Mahal,Gaikindo Ungkap Yang Bekas Penjualannya Meningkat
Distribusi Reksa Dana MONI II Kelas Income 2, Bank DBS Kolaborasi MAMI
IFG Gelar Research Dissemination 2024, Hadirkan Dosen Sejumlah PT
Sampai 19 November Rupiah Melemah 0,84 Persen dari Bulan Sebelumnya
BI Kerahkan Empat Instrumen untuk Jaga Stabilitas Rupiah
Membaik, Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan II Surplus USD5,9 Miliar