Literasi Sebagai First Defense dan Investasi di Pasar Modal Harus Mudah dan Murah
Potret Investor
Jeffrey mengungkapkan pernyataan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman. Dikatakannya, prioritas bursa di tahun depan ada tiga aspek yaitu pendalaman pasar, perlindungan investor dan regional connectivity. Khusus soal pendalaman pasar itu, akan muncul pertanyaan dari sisi investor yang mana?
“Bursa maunya semua, investor asing kita tetap mau, investor institusi kita mau dan investor ritel tetap harus kita kembangkan dan itu semua kita kerjakan. Kita roadshow ke luar agar investor asing tetap masuk. Institusi juga kita lakukan sosialisasi misalnya mendorong mereka untuk melakukan investasi yang green investment. Kalau untuk ritel, bursa telah all out untuk mengembangkan investor ritel menjadi basis yang sangat kuat,” jelas Jeffrey.
Jebolan Sarjana Ekonomi dari Universitas Trisakti tahun 1995 ini menambahkan, sebagai gambaran saat ini investor domestik telah menguasai 47 persen dari kapitalisasi pasar yang kira-kira 9200 triliun itu dan 15-16 persennya itu adalah ritel. Tapi yang menguasai 47 persen dari kapitalisasi pasar itu lanjutnya juga mengkontribusi 70 persen dari transaksi nilai harian.
Artinya basis investor domestik yang kuat akan membuat market jauh lebih stabil. Jika melihat flashback 15 tahun lalu dikatakan Jeffrey, bagaimana market kita sangat bergantung pada investor asing. “Kalau investor asing cabut maka pasar kita ambles abis-abisan. Tapi kita bisa lihat bahwa 3 tahun terakhir itu sudah jauh berbeda peta nya, tapi ruang untuk improvement tetap ada,” ujarnya optimis
Jeffrey yang juga seorang fotografer lovers ini menyinggung soal timpangnya potret investor saat ini dari sisi pemerataan. Dia mencontohkan bagaimana investor yang 70 persen masih di pulau Jawa. Hal ini menjadi perhatian bagaimana agar bisa lebih merata lagi di luar pulau jawa. Tidak hanya itu, yang menjadi perhatian lainnya adalah investor saham Syariah yang masih relatif kecil padahal Indonesia adalah negara dengan penduduk muslimnya terbesar di dunia.
Jeffrey tetap optimis dan percaya opportunity atau peluang akan selalu ada meski di tengah bayang resesi dan masuk tahun politik yakni pesta demokrasi pemilu. Peluang untuk pengembangan dan pertumbuhan investor, pertumbuhan literasi dan inklusi akan selalu ada, baik yang diperkirakan maupun yang tidak perkirakan. Dia mencontohkan siapa yang menyangka retail investor bertumbuh sangat pesat di saat pandemi, yang awalnya tidak ada menyangka. “Ya mungkin kita tidak berharap keberuntungan datang dua kali, tapi peluang seperti itu tetap ada mungkin saja tahun depan banyak investor asing masuk ke pasar modal Indonesia karena diluar kondisinya lebih jelek daripada kita dan itu akan berubah menarik ritel, mungkin saja arahnya seperti itu,” kata Jeffrey. Untuk tahun 2023, Jeffrey mengatakan harapannya bisa terus menjalin kolaborasi dengan semua pihak yang semakin dekat. Terlebih lagi jika sudah tidak ada pembatasan PPKM, maka interaksi dengan berbagai pihak termasuk media bisa lebih cepat dan dekat.
Banyak Belajar dari Direksi Sebelumnya
Jeffrey yang gemar berolahraga jalan kaki ini mengakui amanah sebagai direktur pengembangan BEI tidak mudah. Diungkapkan cukup sulit karena pendahulunya sudah menorehkan terobosan-terobosan yang luar biasa. “Memang cukup sulit karena sebelumnya ada Pak Hasan Fauzi, lalu sebelumnya lagi ada Pak Nicky Hogan dan ada pula Bu Kiki (Friderica Widyasari Dewi) yang saat ini menjabat sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen,”ujar Jeffrey yang mengabdi hampir 21 tahun di Phintraco sekuritas ini.
Related News
OJK Awasi Ketat Pinjol KoinP2P, Ini Alasannya
Pendapatan dan Laba JSPT Kompak Menguat per September 2024
IDX Gelar Ring the Bell for Climate & Closing Ceremony
IHSG Turun Tipis di Sesi I, ISAT, TLKM, ESSA Top Losers LQ45
Hasil Survei, BI Tangkap Sinyal Penghasilan Warga Bali Tumbuh Positif
BEI Pangkas Syarat NAB Pencatatan Reksa Dana Jadi Rp1M, Ini Tujuannya