EmitenNews.com - Total nilai dividen yang dibagikan emiten BUMN dan anak usaha untuk tahun buku 2021 mencapai Rp 76,21 triliun, melesat 80,04% dibanding tahun sebelumnya Rp 42,33 triliun. Sebanyak Rp 32,82 triliun di antaranya disetor langsung ke pemerintah sebagai pemegang saham pengendali.


Dari total Rp 76,21 triliun, dividen terbanyak diberikan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp 26,4 triliun, disusul PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) senilai Rp 16,82 triliun, dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) atau Telkom sebesar Rp 14,85 triliun.


Dividen yang cukup besar juga dibagikan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar Rp 2,72 triliun, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk senilai Rp 1,02 triliun, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) sebesar Rp 237 triliun.


Sementara itu, emiten anak usaha BUMN juga turut menyisihkan laba bersih 2021 untuk dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Tercatat, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang merupakan subholding gas PT Pertamina (Persero) membagikan dividen sebesar Rp 3,01 triliun.


Tiga anak usaha PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam, dan PT Timah Tbk (TINS) juga memberikan dividen dengan jumlah signifikan. Saat ini, pemerintah menguasai 100% saham Inalum.


Bukit Asam mencatatkan pembagian dividen yang fantastis, dengan mengalokasikan seluruh laba bersih 2021 yang sebesar Rp 7,9 triliun sebagai dividen kepada pemegang saham. Emiten pertambangan anggota MIND .ID lainnya yakni Antam juga membagikan dividen sebesar Rp 930 miliar dan Timah menyetor dividen sebesar Rp 455 miliar.


Anak usaha BUMN lainnya yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) sebesar Rp 966 miliar, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) memberikan dividen senilai Rp 757 miliar, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sebesar Rp 90 miliar, PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) senilai Rp 16 miliar, dan PT PP Presisi Tbk (PPRE) sebesar Rp 7 miliar.


Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, BRI berkomitmen untuk memberikan dividen sebesar Rp 26,4 triliun karena likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) BRI memadai, yakni mencapai 83% dan rasio kecukupan modal ( capital adequacy ratio /CAR) mencapai 25%. "Likuiditas dan permodalan BRI kuat sehingga walaupun dividen cukup tinggi sehingga bisa mendukung pertumbuhan tahun ini dan tahun depan," jelas Sunarso usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), baru-baru ini.


Dia menyebut, dividen yang dibagikan mencapai Rp 174,23 per saham atau meningkat 76,77% dari dividen 2020 yang mencapai Rp 98,9 per saham.


Hal senada juga diungkapkan Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi. Menurutnya, besaran dividen tersebut telah mempertimbangkan posisi likuiditas serta struktur permodalan Bank Mandiri dalam mendukung rencana 2022. Adapun, setelah pembagian dividen, rasio CAR Bank Mandiri sampai dengan akhir tahun nanti diproyeksikan pada level yang kurang lebih sama dengan Desember 2021.


Darmawan menegaskan, besaran dividen tersebut sejalan dengan komitmen manajemen Bank Mandiri untuk dapat berkontribusi secara optimal kepada negara serta keinginan untuk menjadi mitra finansial utama pilihan nasabah, antara laindengan melanjutkan transformasi digital pada produk dan layanan keuangan perseroan agar semakin andal dan terpercaya. "Keputusan ini juga mengindikasikan dukungan yang kuat dari pemegang saham kepada manajemen untuk mengakselerasi rencana ekspansi bisnis perseroan," ujar dia.


Sementara itu Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan, pihaknya berhasil mencatatkan kinerja yang solid di 2021 dan mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 24,8 triliun. Sebanyak 60% dari laba tersebut atau sekitar Rp 14,86 triliun dibagikan sebagai dividen. Pemerintah sebagai pemegang saham pengendali dengan kepemilikan 52,09% saham akan mendapat bagian dividen sebesar Rp 7,74 triliun.


Anak usaha Telkom yakni Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel turut membagikan dividen sebesar Rp 966 miliar untuk tahun buku 2021. Emiten yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir tahun lalu tersebut, membagikan 70% dari laba bersih 2021 yang sebesar Rp 1,38 triliun sebagai dividen final kepada pemegang saham.


"Keputusan rapat terkait penggunaan laba bersih perusahaan tahun 2021 yaitu senilai Rp 1,381 triliun, yang akan digunakan sebanyak 5% atau sekitar Rp 69 miliar untuk cadangan, 25% atau Rp 345,3 miliar sebagai laba ditahan, dan 70% atau Rp 966,7 miliar sesuai dengan komitmen perusahaan untuk memberikan nilai maksimal bagi para investor akan dibagikan sebagai dividen tunai bagi para pemegang saham," kata Direktur Utama MTEL Theodorus Ardi Hartoko.